Terhadap negara-negara yang melobi Amerika Serikat (AS) terkait tarif resiprokal, China melontarkan ancaman. Beijing mengecam negara-negara itu seolah meninggalkan China.
Atas kecaman itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani tetap tenang dan santai bak pelesiran di pantai. Wajarlah, karena Sri Mulyani punya hubungan dekat dengan Menteri Keuangan China Lan Fo’an.
Bahkan, sebelum terbang ke AS, Sri Mulyani sowan dulu ke Beijing untuk menemui sahabatnya itu.
“Beliau (menkeu China) mengundang saya ke Beijing. Dan saya ke sana. Saya sampaikan, Indonesia tetap dalam posisi netral. Mereka sangat hormati sikap itu. Sehingga Indonesia cukup diperhitungkan,” tegas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK secara virtual, dikutip Sabtu (26/4/2025).
Suka atau tidak, kata Sri Mulyani, Indonesia menjadi rebutan antara China dan AS. Keduanya sama-sama tertarik untuk meningkatkan hubungan kerja sama di berbagai bidang.
Bisa jadi, baik AS maupun China yang saat ini berseteru dagang, paham betul betapa strategisnya posisi Indonesia di Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karena itu, Indonesia tetap bakal menjaga hubungan baik dengan kedua negara ekonomi terbesar dunia itu.
“Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga. Tentu kalau perekonomian kita dengan kinerja yang relatif baik, terjaga, itu juga memberikan respek dan daya tawar yang baik dalam kita menghadapi situasi dunia yang begitu dinamis dan sangat fluid,” tutur Sri Mulyani.
Di lain sisi, Sri Mulyani mengutip pernyataan Pemerintah AS yang mengobarkan perang tarif. Ia mengatakan AS mengaku sebenarnya tak ingin menciptakan krisis global.
“Amerika sendiri menyampaikan bahwa mereka tidak dalam kondisi krisis atau ingin menciptakan krisis, tapi ingin menciptakan perdagangan yang dianggap adil,” ungkapnya.
Sekadar mengingatkan, China sempat mengecam dan mengancam sejumlah negara yang melakukan negosiasi terhadap tarif impor yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Beijing menyatakan bakal membalas negara yang melakukan negosiasi dengan AS. Upaya diskusi dengan Negeri Paman Sam diklaim mengorbankan mereka.
“China dengan tegas menentang pihak mana pun yang mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan China,” demikian pernyataan juru bicara Kementerian Perdagangan China, dikutip dari AFP.
“Jika situasi itu terjadi, China tidak akan menerimanya dan akan melakukan tindakan balasan,” tegas China.
China menjadi negara yang melawan keras aksi Trump dengan menetapkan tarif balasan. Imbasnya, Tiongkok dipukul dengan tarif impor yang sangat tinggi oleh AS, yakni mencapai 245 persen.