Puluhan ribu warga Palestina berjalan kaki menuju Gaza utara Senin (27/1/2025), mengakhiri lebih dari setahun pengungsian dari rumah mereka dan upaya pasukan Israel menghalanginya untuk kembali. Blokade dibuka setelah Hamas menyerahkan daftar tawanan Israel yang akan dibebaskan.
Israel menyetujui kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan tawanan Israel Arbel Yehoud. Israel sebelumnya menuduh Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata dengan tidak membebaskan Yehoud bersama warga sipil lainnya.
Kelompok yang menahannya yakni Jihad Islam Palestina (PIJ), mengatakan Arbel Yehoud adalah seorang tentara Israel dan karenanya harus ditukar dengan lebih banyak tahanan Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengatakan bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan di mana Yehuod, tentara Agam Berger dan seorang tawanan lainnya akan dibebaskan Kamis (30/1/2025), sementara tiga lainnya akan dibebaskan pada Sabtu (1/2/2025).
Hamas juga setuju untuk memberikan daftar tawanan yang akan dibebaskan dalam fase gencatan senjata saat ini. Seorang pejabat dari kelompok tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa daftar tawanan berisi 25 dari 33 nama telah diserahkan Senin.
Sebagai gantinya, Israel setuju untuk mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza utara dan mengatakan akan menyerahkan daftar 400 warga Palestina yang ditahan sejak Oktober 2023.
Kesepakatan tersebut tampaknya telah mempertahankan gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas. Pada Minggu (26/1/2025), pasukan Israel menewaskan dua warga Palestina dan melukai tujuh lainnya dalam dua insiden terpisah di Rafah bagian tengah dan sebelah barat kamp pengungsi Nuseirat, kata petugas medis.
Hamas Sebut Kemenangan
Hamas memuji kembalinya warga Gaza ke wilayah utara sebagai kemenangan terhadap rencana Israel untuk menggusur warga Palestina secara paksa. Di tengah perang yang telah berlangsung selama 15 bulan, sejumlah suara dalam militer dan pemerintah Israel menyerukan pengusiran penuh warga Palestina dari wilayah utara Gaza untuk menciptakan zona penyangga, sementara yang lain mendesak Israel membangun pemukiman di wilayah tersebut.
Gagasan untuk membersihkan warga Palestina dari Gaza juga dilontarkan dalam beberapa hari terakhir oleh Presiden AS Donald Trump, yang menyarankan mereka dapat diusir ke Mesir, Yordania atau Indonesia.
“Kembalinya para pengungsi adalah kemenangan bagi rakyat kami, menandakan kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan serta pengusiran,” kata Hamas. Sementara Jihad Islam menyebutnya sebagai respons bagi semua orang yang bermimpi menggusur rakyat kami.
Sementara itu di Israel, Mantan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengecam kesepakatan itu sebagai sebuah kekalahan. Ia menegaskan kembali seruannya dan seruan tokoh garis keras Israel lainnya untuk kembali berperang. “Pembukaan poros Netzarim pagi ini dan kembalinya puluhan ribu penduduk Gaza ke Jalur Gaza utara adalah kemenangan yang jelas bagi Hamas,” kata Ben-Gvir pada X.
“Ini adalah bagian memalukan lainnya dari kesepakatan yang tidak bertanggung jawab. Ini bukanlah ciri-ciri kemenangan mutlak, melainkan penyerahan diri sepenuhnya.”
Berjalan Kaki ke Gaza Utara
Gambar yang diunggah di media sosial pada hari Senin menunjukkan banyak orang berjalan kaki sambil membawa barang-barang mereka di jalan Al-Rashid di sepanjang Laut Mediterania. Beberapa orang melambaikan bendera Palestina. Israel setuju untuk mengizinkan warga Palestina kembali ke utara pada awalnya dengan berjalan kaki, sedangkan kendaraan akan diizinkan di kemudian hari.
Kembalinya warga ke Gaza utara terjadi setelah 15 bulan perang yang menghancurkan di daerah kantong itu. Israel mengepung wilayah utara sejak Oktober. Seluruh lingkungan dan infrastruktur sipil hancur akibat pemboman Israel, dan banyak orang khawatir tentang apa yang akan mereka lihat ketika mereka tiba di rumah.
Salah seorang yang kembali, Abeer Abu Al-Khair, menuturkan kepada layanan berbahasa Arab milik The New Arab , Al-Araby Al-Jadeed, tentang kegembiraannya karena diizinkan kembali ke rumah, tetapi juga rasa khawatir tentang waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki apartemennya. “Namun kegembiraan kami saat kembali akan membuat kami melupakan semua rasa sakit,” kata Abu Al Khair.