Market

Hampir 70 Persen Nikel Indonesia Dikuasai Perusahaan Tambang China?

Kamis, 03 Nov 2022 – 16:33 WIB

Hampir 70 Persen Nikel Indonesia Dikuasai Perusahaan Tambang China?

Mungkin anda suka

Tambang nikel – ist

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah khususnya nikel. Hal ini menjadi daya tarik perusahaan tambang asing termasuk China untuk masuk dan mengeksplorasi nikel di Indonesia.

Setidaknya ada beberapa perusahaan tambang asing yang beroprasi dan mengantongi izin eksplorasi di Indonesia. Namun hampir 70 persen tambang nikel di Indonesia dikuasai oleh perusahaan asal China.

Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (Adpmet) Ridwan Kamil pernah menyinggung soal posisi China dalam ekosistem nikel di Indonesia.

Bahkan Kang Emil panggilan akrab Ridwan Kamil sempat mewanti-wanti pemerintah pusat agar berhati-hati dengan China dalam pasokan nikel Indonesia.

Sebab perusahaan mobil listrik terbesar asal Amerika Serikat (AS) Tesla Inc kerap membeli bahan baku nikel untuk kebutuhan baterai kendaraan listriknya itu dari China. Padahal nikel tersebut berasal dari Indonesia.

“Kita harus hati-hati dengan Tiongkok, dia ambil nikel dari Sulawesi sebagian untuk ke kita sebagian ke Tiongkok. Tesla saya dengar malah beli dari Tiongkok, nikelnya dari kita. Jadi rada gimana menurut saya kurang etis,” beberapa waktu lalu.

Selain itu, Ekonom senior Faisal Basri sempat menyinggung kebijakan pemerintah yang melarang ekspor nikel. Sebab dengan kebijakan ini akan menjadi berkah bagi Smelter China di Indonesia.

Faisal menyebut dengan kebijakan ini membuat harga nikel Indonesia yang ditawarkan ke China lebih murah atau seperempat dari harga normal atau nikel dunia.

“Jadi sangat merugi Indonesia memanfaatkan sumber daya tambangnya untuk mendukung industrialisasi di China. Warga kita kelas 2, sedangkan warga kelas satunya adalah pengusaha China. Jadi nilai tambahnya memang terbentuk, tapi 90 persen nilai tambahnya larinya ke China,” ujar Faisal seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Sebelumnya, Pemerintah terus menggenjot ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Keseriusan pemerintah ini bisa terlihat dari banyaknya proyek smelter nikel dari investor China di Morowali, Sulawesi untuk pembuatan bahan baku baterai tersebut.

Berdasarkan penelusuran ada dua perusahaan tambang nikel China yang beroperasi di Indonesia. Kedua perusahaan tersebut adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Zhejiang Huayou Cobalt Co (ZHC).

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)

IMIP sendiri merupakan perusahaan patungan antara Tsangshan Steel Holding asal China dan perusahaan lokal PT Bintang Delapan Mineral. Mengutip laporan Kementerian ESDM, IMIP telah membangun smelter feronikel pertama melalui PT Sulawesi Mining Investment di Bahodopi, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 300.000 ton per tahun.

Selain itu mereka juga sudah membangun smelter kedua lewat PT Indonesia Guang Ching untuk memproduksi 600.000 ton feronikel per tahun. Pada 2021, PT Indonesia Morowali Industrial Park menguasai 50 persen produksi hilir nikel, INCO berkurang menjadi 22 persen, ANTM 7 persen, dan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) mengontrol 11 persen.

IMIP mengoperasikan industri nikel seluas 2.000 hektare lengkap dengan pelabuhan laut, bandara, dan pembangkit listrik dengan kapasitas 2 gigawatt (GW). Investasi awal industri nikel ini mencapai US$ 1,5 miliar.

Perusahaan ini pada Januari 2020 mempekerjakan sekitar 43.000 orang di kawasan industrinya. Sebanyak 5.000 dari total pekerja adalah buruh dari China. Produk dari kawasan industri menghasilkan terutama metalurgi untuk mengembangkan pabrik baterai kendaraan listrik.

Zhejiang Huayou Cobalt Co (ZHC)

ZHC bermitra dengan perusahaan pembuat kendaraan listrik EVE Energy dalam proyek nikel dan kobalt senilai US$2,08 miliar atau Rp30 triliun di Indonesia.

Perusahaan juga menganggarkan US$210 juta untuk membeli kepemilikan di produsen bahan baterai China Tianjin B&M Science and Technology Co (B&M) karena perusahaan melakukan investasi di seluruh rantai pasokan baterai yang dapat diisi ulang. Lokasi penambangan akan berada di Teluk Weda di Pulau Halmahera.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button