Market

Hantu Krisis 2023 

Memasuki 2023, krisis ekonomi global menghantui semua negara di dunia. Pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina masih dianggap sebagai penyebab ketidakpastian ekonomi.

Kondisi geopolitik tersebut, acapkali disampaikan pemerintah dalam berbagai forum. Prospek ekonomi global yang gelap ini, rupanya bukan isapan jempol. “Kalau saya mengatakan begitu dianggap menakut-nakuti. Sebetulnya tidak, hanya ingin menyampaikan bahwa risiko itu, sangat ada,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam suatu kesempatan.

Bagi masyarakat akar rumput alias ekonomi lemah, mereka tidak mengetahui apa itu kondisi geopolitik yang berdampak pada perekonomian global. Yang mereka tahu, adalah apa yang mereka jalani dan rasakan saat ini. Kebutuhan hidup sangat tinggi. Harga-harga kebutuhan pokok nan mahal, menjadi tolok ukur bahwa ekonomi di negara kita, terasa berat dan sulit.

Pemerintah dianggap tidak mampu mengendalikan harga-harga. Sekalipun bisa dikendalikan, hanya komoditas tertentu saja, dan bersifat sesaat. Barang kebutuhan dijual dengan harga murah, hanya terjadi di tempat operasi pasar. Sedangkan tempat yang tidak ada operasi pasar, harga tetap mahal. Begitu seterusnya. Kelangkaan minyak goreng yang lalu pun, masih membekas di masyarakat kelas bawah itu.

Kesulitan ekonomi karena tingginya biaya hidup, sudah lama terjadi. Pemerintah berganti tetapi tidak mengubah keadaan mereka. Rakyat mash banyak yang belum sejahtera, alias masih di bawah garis kemiskinan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 adalah 26,16 juta jiwa, dari jumlah penduduk 275,77 juta jiwa. Bila resesi ekonomi global terjadi, kondisi masyarakat akar rumput, semakin sulit kehidupannya. Penduduk miskin mungkin juga bisa bertambah.

Co-Founder dan Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah berpandangan bahwa peringatan pemerintah terkait prospek perekonomian yang diliputi awan gelap pada 2023, memang harus disampaikan ke publik. Agar tetap waspada.

Namun, bukan berarti Indonesia dipastikan akan mengalami resesi. Kondisi Indonesia masih cukup baik dan diperkirakan mampu bertahan menghadapi resesi global. Pasalnya, negari ini dinilai berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor.

Sedangkan perekonomian Indonesia lebih bertumpu pada konsumsi domestik yang diperkirakan membaik, seiring meredanya pandemi. Di sisi ekspor, Indonesia juga masih terbantu dengan tingginya harga komoditas.

Resesi global tentu akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas. Tetapi tidak membuat harga komoditi jatuh, masih akan tetap cukup tinggi dan menguntungkan Indonesia yang mengandalkan komoditas.

Diprediksi, perekonomian negara ini, berpotensi mengalami perlambatan pada 2023, tetapi tidak resesi. “Kalaupun terdampak resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi melambat, tak bisa mencapai target di atas 5%. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya, kita bisa tumbuh di atas 5 persen,” jelas Piter.

Untuk mengantisipasi resesi global, pemerintah harus tetap menjaga confidence pelaku usaha dan memastikan pandemi benar-benar berakhir, sehingga proses pemulihan ekonomi terus berlanjut. Jadi, apa yang disampaikan pemerintah dan IMF bahwa perekonomian Indonesia akan menjadi salah satu yang mampu tumbuh positif bukan sebuah bualan. Pemerintah memang harus memberikan warning tetapi juga harus selalu optimistis.

Saat ini, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Pada krisis 1998, pelaku UMKM menjadi juru selamat ekonomi nasional dengan menjaga roda perekonomian tetap bergerak.

Terbukti, saat pandemi melanda sektor UMKM sangat terdampak. Untuk bertahan saja, pelaku UMKM harus ‘berdarah-darah’ karena pembatasan mobilitas massa dan berbagai kebijakan pemerintah lainnya dalam upaya menangani pandemi Covid-19.

Sektor UMKM memang tengah mendapat perhatian pemerintah dan perkembangannya pun sangat pesat. Hanya saja permasalahan modal masih menjadi kendala bagi pengusaha dalam mengembangkan UMKM. Sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, UMKM memiliki peran yang siginifikan. Karena itu, pemerintah harus memberikan jalan keluar atas permasalahan pengusaha UMKM.

Di tahun baru ini, sejatinya pemerintah berupaya ekstra keras dalam memulihkan perekonomian pasca pandemi, dan di tengah ketidakpastian global ini. Dengan kerja ekstra, diharapkan bahwa prediksi Indonesia tidak terdampak krisis ekonomi, bisa menjadi kenyataan. Semoga.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button