Haritz Muzaki punya cita-cita tinggi meski sehari-hari membantu orang tua usaha galon di Cibitung, Kabupaten Bekasi.
Muzaki senang saat bukan kepalang saat namanya masuk dalam daftar calon mahasiswa di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika). Dalam benaknya, menjadi lulusan sarjana, mungkin akan bisa banyak membantu perekonomian keluarga.
Namun, Muzaki harus gigit jari karena kesulitan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT). “Alhamdulillah, saya diterima di Unsika Karawang, saya ingin lanjut kuliah. Tapi, orangtua belum sanggup membayar UKT,” katanya saat ditemui di tempat usaha galon Cibitung, Kabupaten Bekasi, Selasa (14/5/2024).
Ia mengaku tidak mampu membayar UKT kategori 5 sebesar Rp5,4 juta per semester, karena alasan ekonomi. Pria yang baru lulus SMAN 1 Tambelang itu sehari-harinya membantu ayahnya mengangkat galon air dan mencari botol di jalanan.
Ayahnya yang bekerja serabutan itu juga tidak memiliki pendapatan tetap, bahkan untuk makan sehari-hari saja seadanya. Saat mengisi berkas, ia mencantumkan pendapatan orang tuanya di kisaran Rp2 juta.”Bapak kerja serabutan, bahkan kadang tidak mendapatkan penghasilan sebesar itu dalam sebulan,” ujar Muzaki.
Sementara itu, Ayah Haritz Muzaki, Joko mengatakan anaknya merupakan anak yang rajin belajar dan selalu berprestasi di sekolah, aktif belajar di rumah serta mau membantu bekerja serabutan.
“Saya kepikiran terus dan sedih anak ingin belajar melanjutkan kuliah, tapi saya belum memiliki uang untuk membayar UKT. Maunya diringankan untuk golongan 2 atau 1, begitu sulit golongan 5. Untuk kebutuhan rumah saja kami tidak menentu, kadang pinjam tetangga untuk makan,” katanya.
Tetangga sekitar yang tahu kondisi keluarga Muzaki, sebenarnya siap membantu dengan mengumpulkan uang urunan untuk membayar UKT, namun terbentur kebijakan kampus setempat.
Pembayaran UKT katanya sudah ditutup, dan tak ada pengecualian untuk Muzaki.”Saya berharap ada keringanan biaya UKT agar bisa melanjutkan kuliah dan semoga saja pemerintah bisa membantu pendidikan warganya,” pintanya.