Market

Harga BBM Naik Terburu-buru, Pemulihan Ekonomi Terpukul Telak

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar dinilai tidak tepat dan terburu-buru. Ini menjadi pukulan telak bagi pertumbuhan ekonomi yang baru beranjak pulih dari dampak pandemi COVID-19.

“Saya lihat tadi pagi di televisi semua barang yang dibutuhkan rakyat kompak naik harganya hari ini. Besarannya mungkin beda-beda, antara yang satu dengan lainnya. Intinya, rakyat harus bayar dengan harga yang lebih mahal setelah diumumkannya kenaikan harga BBM bersubsidi, Solar, Pertalite, dan Pertamax,” kata Pengamat Energi Kurtubi dalam wawancara khusus dengan Rahma Sarita, Wakil Pemimpin Redaksi Inilah.com di Jakarta, Senin (5/9/2022).

Harga BBM Naik Terburu-buru, Pemulihan Ekonomi Terpukul Telak - inilah.com
Pengamat Energi Kurtubi dalam wawancara khusus dengan Rahma Sarita, Wakil Pemimpin Redaksi Inilah.com di kantor Inilah.com Jakarta, Senin (5/9/2022). (Foto: Inilah.com/Ahmad Munjin)

Kenaikan harga-harga, sambung Kurtubi, tidak dapat dibantah. “Ini adalah apa yang kita khawatirkan betul-betul terjadi,” timpal dia.

Kenaikan harga BBM, lanjut dia, sudah dipastikan, berdampak pada kenaikan harga. Kenaikan harga berdampak pada kenaikan inflasi. Padahal, inflasi Indonesia sejauh ini sudah terhitung rendah.

“Inflasi yang kita agungkan, yang kita banggakan di level 4,9% pada saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kesulitan energi maupun kesulitan pangan. Hampir semua negara di dunia mengalami inflasi tinggi, termasuk negara-negara maju,” papar dia.

Kurtubi mengaku sempat bersyukur dengan inflasi Indonesia di level 4,9%. “Alhamdulillah. Sebab, faktanya, (dengan inflasi) 4,9% itu sesuai teori, pertumbuhan ekonomi terjadi. Kegiatan ekonomi masyarakat berjalan,” papar dia.

Akan tetapi, dia menggarisbawahi, tiba-tiba ada rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sejak beberapa hari yang lalu. “Langsung saya menyatakan, wah ini kurang tepat. Menaikkan harga BBM bersubsidi terlalu cepat,” timpal dia.

Mestinya, menurut Kurtubi, pemerintah membiarkan terlebih dahulu perekonomian di Tanah Air mengalami pertumbuhan. Ini terdorong oleh inflasi yang rendah, daya beli masyarakat meningkat, dan pertumbuhan ekonomi terjadi.

“Ekonomi perdesaan di mana-mana hidup. Sekarang kembali terpukul. Apalagi dengan kenaikan harga Pertalite Rp2.350. Ini kenaikan yang signifikan buat rakyat. Kebijakan ini menurut saya tidak tepat, terlalu terburu-buru,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button