Market

Harga BBM Nonsubsidi Turun, Ekonom: Harga Barang Seharusnya Ikut Turun

Ekonom Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Jawa Timur, Nugroho Suryo Bintoro menilai, turunnya harga BBM nonsubsidi seharusnya diikuti dengan turunnya harga barang. Konsekuensi logis dari kalangan pengusaha.

Dikutip dari Antara, Malang, Rabu (4/1/2023), Nugroho mengatakan, langkah pemerintah menurunkan harga BBM nonsubsidi, layak diapresiasi. Menunjukkan konsistensi mengikuti dinamika harga pasar.

Mungkin anda suka

“Ketika terjadi penurunan, diharapkan pelaku usaha bisa menyesuaikan kembali terhadap komponen yang ada, sehingga di masa mendatang, stabilitas bisa dicapai oleh pemerintah,” kata Nugroho.

Dengan turunnya harga BBM nonsubsidi ini, kata dia, pemerintah memiliki ruang yang cukup untuk menjaga stabilnya harga barang. Hal ini penting untuk menciptakan ketahanan ekonomi dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, lanjutnya, dengan penurunan harga BBM nonsubsidi yang diputuskan pemerintah, diharapkan bisa menurunkan harga. Agar daya beli menguat yang berdampak kepada gesitnya perputaran ekonomi. Ujung-ujungnya, pengusaha yang akan menikmatinya.

“Pelaku usaha seharusnya bisa melakukan penyesuaian harga. Karena, jangka panjang kita menginginkan ekonomi yang stabil dan tingkat ketahanan terjaga sehingga, pada saat harga naik, tidak serta merta saat itu juga harga komoditas naik, dan sebaliknya,” ujarnya.

Saat ini, menurut Nugroho, penurunan harga BBM nonsubsidi punya peran penting dalam mata rantai distribusi kebutuhan primer. Dengan turunnya harga BBM nonsubsidi, berdampak kepada biaya distribusi semakin murah. “Ini akan membantu, terutama untuk pasokan kebutuhan primer. Distribusi dari petani kepada pengepul, pengepul ke distributor. Ini yang saya yakin bisa segera menyesuaikan,” ujarnya.

Selain berdampak kepada harga barang, lanjut Nugroho, turunnya harga BBM nonsubsidi menjadi stimulus bagi pergerakan sektor pariwisata, terutama untuk mobilitas masyarakat. Memang untuk mobilitas primer seperti pekerja, selama ini tidak terganggu.

“Namun lebih kepada mobilisasi kebutuhan sekunder ke sektor pariwisata sehingga diharapkan dengan penurunan ini mampu menggenjot kunjungan wisatawan, agar mulai hidup lagi,” katanya.

Mengingatkan saja, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dari jenis Pertamax (RON 92)sebesar Rp1.100 per liter, menjadi Rp12.800 per liter.

Dan, harga Pertamax Turbo (RON 98) turun dari Rp15.200 menjadi Rp14.180 per liter. Demikian pula BBM jenis gasoil (diesel) yakni Dexlite (CN 51), harganya turun menjadi Rp16.150, sebelumnya Rp18.300 per liter. Sedangkan Pertamina Dex (CN 53) turun menjadi Rp16.750, sebelumnya Rp18.800 per liter. Kebijakan ini berlaku sejak 3 Januari 2022.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button