Market

Harga Minyak Dunia Baru Sebulan Naik, AEPI: Pemerintah Jangan Cengeng

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng merasa heran dengan sikap pejabat negara di era Jokowi yang ‘cengeng’. Mengeluhkan mahalnya harga minyak dunia.

“Pemerintah, akhir akhir ini, banyak mengeluh soal kenaikan harga minyak. Padahal harga minyak di atas 100 dolar AS, baru satu bulan-an. Tepatnya awal Februari 2022. Jadi belum lama, baru satu bulan,” ungkapnya kepada Inilah.com, Rabu (6/4/2022).

Sepanjang November 2021, menurut catatannya, harga minyak masih di bawah 70 dolar AS per barel. Pada awal April hingga Desember 2020, merosot hingga di bawah 50 dolar AS per barel. Awal Juli 2021, agak naik di level 70 dolar AS per barel. Sampai pertengahan Desember, harga rata rata minyak berada di rentang 70-75 dolar AS per barel.

“Nah, pemerintah mulai mengeluh ketika posisi harga minyak di atas 90 dolar AS yang baru berlangsung selama satu setengah bulan terakhir. Ini bisa membuat subsidi bahan bakar minyak membengkak. Sementara, utang subsidi pemerintah sudah menumpuk selama bertahun tahun,” tuturnya.

Namun, kata Salamuddin, berbeda dengan Pertamina Hulu Energi (PHE) yang justru bisa ‘tertawa lebar’. Karena, mendapatkan harga minyak yang berada di posisi tertinggi, dan sangat menguntungkan. “Jika harga minyak mentah terus bertahan di atas 100 dolar maka mereka bisa tertawa sampai terpingkal pingkal. Ini oil boom jilid 2,” imbuhnya.

Dia bilang, PHE bak ketiban durian runtuh. Baru saja bercerai dengan Pertamina melalui sub holding. Kini, PHE menjelma menjadi sebuah entitas yang membawahi seluruh operasional hulu Pertamina.

“Ditambah Blok Rokan yakni blok migas dengan produksi minyak terbesar di tanah air, kini berada di bawah penguasaan PHE. Sebelumnya, Blok Rokan diakuisisi Pertamina dari Chevron, seharga 750 juta dolar AS,” ungkapnya.

Sebagai sub holding, lanjutnya, sebagian saham PHE bakal dijual ke publik melalui IPO di pasar modal. Hal ini bisa mendorong saham PHE bakal laris manis diborong investor. Artinya, PHE akan mendapat lebih banyak uang lagi.

“Setelah itu, PHE akan menerbitkan surat utang global bond seperti yang dilakukan induknya, Pertamina. Maka lebih banyak lagi uang bakal direguk PHE, sebagai dampak kenaikan harga minyak,” ungkapnya.

Jadi, tegas Salamuddin, pemerintah tak perlu pura-pura mengeluh soal kenaikan harga minyak mentah dunia. Karena, kenaikan harga minyak dunia justru membawa berkah. Menghasilkan cuan super jumbo untuk mengisi brangkas negara yang nyaris tipis. “Ini menjadi momentum bagi PHE untuk mengeruk uang dari jualan minyak, jualan saham, dan utang. Harusnya pemerintah tertawa terbahak-bahak,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button