Market

Harga Minyak Makan Merah Lebih Murah tapi Kaya Vitamin

Minyak Makan Merah yang Harganya Lebih Murah Tapi Kaya Vitamin

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan, Persiden Joko Widodo mendorong untuk mengembangkan produksi minyak makan merah karena lebih murah. Selain itu, minyak ini banyak mengandung vitamin.

Teten menyebut, negara tetangga seperti Malaysia sudah memproduksi minyak makan merah ini. Bahkan Malaysia sudah mengekspor ke China untuk mengatasi kekurangan vitamin A pada warganya.

“Di dalam negeri sebenarnya sudah ada juga industri yang sudah bikin produk ini. Cuma Pak Presiden minta memang ini piloting dulu karena market minyak makan merah ini kan masih belum terbentuk karena udah terlanjur minyak goreng yang bening padahal yang merah itu justru jauh lebih sehat dan di sini juga bisa untuk program stunting,” ujarnya, di Jakarta Senin (18/7/2022).

Teten menjelaskan, ada beberapa perbedaan antara minyak makan merah dengan minyak goreng yang biasa masyarakat konsumsi. Untuk minyak goreng bening, proses pengolahannya melewati proses pemutihan. Hal ini yang menyebabkan warna minyak goreng di pasaran berwana kuning atau bening.

Namun dengan proses seperti ini, kata Teten justru membuat kandungan vitamin A pada CPO hilang akibat proses pemutihan tersebut. Berbeda dengan minyak makan merah yang punya kandungan pro Vitamin A yang sangat tinggi. Hal ini karena minyak ini tidak melewati proses pemutihan.

“Jadi ini teknologi ini (proses olahan) sudah dirancang oleh pusat penelitian kelapa sawit di Medan dan ini di bawah BUMN dan ini yang sekarang target kita segera PPKS pusat penelitian kelapa sawit segera membuat detil enginering design nya yang segera kami akan produksi untuk tadi piloting tadi,” jelas dia.

Selain itu, Teten menyebut harga produk ini lebih murah dari minyak goreng yang beredar. Murahnya harga ini karena proses pengolahannya bisa petani sawit lakukan sendiri tanpa harus masuk ke pabrik.

“Harga jualnya ke pasarnya lebih murah, karena prosesnya lebih sederhana lalu juga si petani dari ongkos produksi untuk menjual sawitnya kan ini kan minimum seribu hektar ya, kita target kita memproduksi 10 ton per hari itu butuh sawitnya sekitar 50 ton per hari atau 1.000 hektar. Jadi setiap seribu hektar itu akan ada ini, pabrik ini,” tandas dia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button