Market

Harga Minyak Melonjak Didorong Ekspor Besar AS dan Melemahnya Dolar

Kamis, 27 Okt 2022 – 06:38 WIB

Harga Minyak Dolar AS

(ilustrasi)

Harga minyak melonjak hampir tiga persen pada akhir perdagangan Rabu (26/10/2022) atau Kamis (27/10/2022) pagi WIB, didorong oleh melemahnya dolar AS, rekor ekspor minyak mentah AS, dan karena penyulingan negara itu beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi dari biasanya untuk sepanjang tahun ini.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat US$2,59 atau 3,0 persen, menjadi menetap di US$87,91 per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember bertambah US$2,17 atau 2,3 ​​persen, menjadi ditutup pada US$95,69 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kemunduran dalam mata uang AS memberikan dukungan, karena penguatan dolar AS akhir-akhir ini telah menjadi faktor penting yang menghambat kenaikan pasar minyak.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 1,13 persen menjadi 109,7010 pada akhir perdagangan Rabu, menyusul penurunan 0,9 persen di sesi sebelumnya. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.

“Secara keseluruhan ini adalah langkah dalam mata uang dolar, dan jika Anda mencoba membaca di luar itu, itu bodoh,” kata Eli Tesfaye, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, seperti dilansir Reuters, Kamis.

Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu, bahwa persediaan minyak mentah komersial negara itu naik 2,6 juta barel selama pekan yang berakhir 21 Oktober, lebih besar dari yang diperkirakan, tetapi itu lebih rendah dari data industri (API), yang menunjukkan peningkatan 4,5 juta barel.

Total persediaan bensin motor turun 1,5 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan meningkat 0,2 juta barel, menunjukkan laporan tersebut.

Sementara itu, ekspor minyak mentah AS naik menjadi 5,1 juta barel per hari, terbesar yang pernah ada, menjatuhkan impor minyak mentah AS ke level terendah dalam sejarah.

“Secara keseluruhan, berkat pasar ekspor, ini berubah menjadi laporan bullish meskipun ada peningkatan persediaan minyak mentah komersial berukuran sedang,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya selisih harga WTI-Brent, yang, memasuki perdagangan Rabu, mencapai lebih dari US$8 per barel. [tar]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button