Ototekno

Perang AI Bukan Cuma Milik Google dan Microsoft, Ada China Mengintai

Kemunculan Bing ChatGPT dan Google Bard membuat China sadar atas ketertinggalannya dibandingkan Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Dengan 1.048 perusahaan yang mengembangkan AI, Beijing yakin bisa membuat aplikasi sendiri.

Karenanya dengan keterlibatan Google dan Microsoft, perlombaan pengembangan aplikasi itu dan pemanfaatan lain AI akan berlangsung amat ketat dan cepat.

Mungkin anda suka

Dari 5,16 miliar pengguna internet di Bumi, 1,02 miliar orang di antaranya berada di China. Pasar sebesar itu menjadi salah satu faktor China terus mengembangkan aneka hal untuk optimalisasi teknologi informatika. Upaya terbaru, sejumlah perusahaan China berlomba mengembangkan aplikasi penjawab berbasis kecerdasan buatan.

Pemerintah China, pusat dan daerah, terus mendorong pengembangan itu. Pengumuman Biro Ekonomi dan Teknologi Informatika Beijing pada Senin (13/2/2023) merupakan salah satu bentuk dukungannya. Biro itu mengumumkan dukungan kepada perusahaan untuk mengembangkan aplikasi penjawab tersebut. Beijing berambisi membuat aplikasi yang bisa menandingi Chat Generative Pre-Trained Transformer atau lebih dikenal sebagai ChatGPT.

Sektor swasta

Bukan hanya pemerintah, sektor swasta China juga berminat mengembangkan aplikasi itu. Baidu, Alibaba, JD.com, dan NetEase telah mengumumkan rencana mengembangkan aplikasi penjawab.

Baidu disebut akan meluncurkan aplikasi tersebut pada Maret 2023. Perusahaan seperti Google di China itu akan memadukan aplikasi penjawab berbasis AI dengan mesin pencari mereka bernama ERNIE Bot. Baidu sejak lama menanamkan modal besar-besaran untuk mengembangkan kecerdasan buatan. Pada Januari lalu, Baidu menunjukkan AI mereka bisa menggantikan peran ilustrator, penyunting, pembuat animasi, dan penulis naskah.

Gettyimages 1328468421 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Sementara divisi komputasi awan Alibaba telah mendapat arahan untuk mengembangkan aplikasi penjawab. Alibaba menargetkan aplikasi tersebut menjadi bagian layanan komputasi awannya. NetEase melalui anak usahanya, Youdao, fokus memanfaatkan AI untuk pengembangan aplikasi pendidikan dengan fungsi seperti ChatGPT. Sementara Tencent malah mulai mengembangkan aplikasi penanggap lewat layanan pesan singkat mereka, WeChat. Sejumlah pengembang program China membuat akun penjawab otomatis di WeChat.

”Gairahnya lebih besar dibandingkan MetaVerse yang sulit ditemukan aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. ChatGPT menyediakan salah satu bentuk interaksi manusia dengan komputer. Perubahan dari fenomena ini akan besar, langsung, dan cepat,” kata analis teknologi internet China, Ding Daoshi mengutip Reuters.

Sementara itu pengajar pada Leiden University, Rogier Creemers, menyebut Pemerintah China sudah mengantisipasi perkembangan teknologi itu. Pada Januari 2023, China mengesahkan aturan soal manipulasi di internet. ”Secara tidak langsung, China menyatakan mereka siap mengantisipasi teknologi ini,” katanya.

Beijing telah membuat aturan soal teknologi sintesis. China mendefinisikan itu sebagai gambar, video, atau teks hasil olahan mesin. Aturan itu bisa terpakai pada aplikasi penanggap sejenis ChatGPT. Badan Pengawas Siber China atau CAC menjadi penegak aturan. Pada 2022, CAC mengeluarkan aturan soal pengelolaan algoritma internet.

What will you be using ERNIE Bot for?👀https://t.co/GuJhu6ZZZd

— Baidu Inc. (@Baidu_Inc) February 7, 2023

Penanggap

Dibuat Sam Altman dan rekannya dengan dukungan antara lain dari Peter Thiel dan Elon Musk, ChatGPT menjadi bintang aplikasi penjawab berbasis kecerdasan buatan. Google juga mengembangkan aplikasi sendiri. Aplikasi itu salah satu wujud penerapan kecerdasan buatan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menanggapi pertanyaan. Jawabannya bisa berupa tulisan atau gambar.

Sementara itu beberapa pelajar di sejumlah sekolah di Amerika Serikat memakainya untuk membuat tugas karya tulis. Bahkan, salah satu tesis yang ChatGPT buat lolos dalam ujian di Sekolah Bisnis Wharton, Pennsylvania. Sekolah itu salah satu perguruan tinggi terkenal di kalangan calon manajer sejumlah negara.

Sementara mesin penjawab bukan hal baru di internet. Walaupun sejak lama, berbagai perusahaan menyediakan layanan penjawab dengan sejumlah daftar tanggapan yang telah masuk sebelumnya. ChatGPT dan aplikasi sejenis menyediakan potensi tanggapan lebih besar. Sebab, ChatGPT memeriksa mahadata yang tersebar di internet, lalu mengolahnya menjadi tanggapan dalam bentuk tertulis atau berupa gambar.

Masalahnya, aplikasi-aplikasi itu hanya terbukti manjur jika terkait informasi di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di belahan dunia lain, termasuk China yang merupakan negara dengan pengguna internet terbesar, aplikasi itu amat terbatas kemampuannya.

Selain itu, OpenAI yang menginduki ChatGPT tidak mengizinkan pengguna dari China dan Rusia membuka akun di OpenAI. Tanpa akun, ChatGPT tidak bisa terpakai. Pembatasan itu salah satu penyebab China mengembangkan sendiri aplikasinya. Apalagi, China sejak lama juga mengembangkan AI yang merupakan inti dari aplikasi penjawab itu.

Kemudian gairah pada aplikasi semacam ini terjadi beberapa tahun selepas pemberangusan besar-besaran perusahaan teknologi China. Karena itu, perusahaan China perlu menemukan keseimbangan. Mereka perlu membuat mesin penanggap yang bisa menjawab dengan potensi jawaban seluas-luasnya. Di sisi lain, mereka harus membuat jawaban mesin itu tidak menyentuh isu sensitif di China.

”Mereka (pengembang aplikasi penjawab) perlu memastikan tidak dianggap pemerintah membuat sesuatu yang bakal memicu masalah politik dan keamanan atau bahkan memicu perubahan radikal,” kata dosen kajian China pada King’s College London, Xin Sun mengutip Reuters.

Lagipula kondisi tersebut menghadirkan persoalan baru. Xin menyebut, ada kemungkinan pengguna meragukan keandalan aplikasi versi China kalau jawabannya mendapatkan batasan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button