Ototekno

Hari Difabel Internasional, Skilvul Luncurkan Program Beasiswa Difabel Bisa Ngoding

Mengambil momentum Hari Difabel Internasional 3 Desember 2021, platform teknologi pendidikan Skilvul merangkul para difabel Indonesia dan membekali mereka dengan ragam kemampuan Teknologi Informasi yang dibutuhkan di masa mendatang.

Skilvul berkolaborasi dengan Telkom Indonesia Divisi Wholesale Service (Telkom DWS) bertujuan untuk turut mempersiapkan masyarakat difabel menjadi tenaga kerja yang mampu bersaing dan siap menghadapi tantangan global serta revolusi industri 4.0 saat ini.

Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesetaraan sekaligus kesempatan pekerjaan yang lebih baik bagi penyandang difabel. Menurut data Kementerian Tenaga Kerja di tahun 2021, terdapat 17,9 juta penduduk usia kerja yang berasal dari kalangan difabel dengan 8,1 juta laki-laki dan 9,8 juta perempuan.

Meski demikian, data Wajib Lapor Ketenagakerjaan mencatat bahwa perusahaan yang mempekerjakan kaum difabel per Januari 2021 yaitu 551 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja difabel hanya sebesar 4.453 orang. Ini berarti, hanya 0,02 persen tenaga kerja difabel yang terserap secara produktif.

“Keterampilan teknologi informasi merupakan keterampilan yang paling banyak dicari seiring dengan era industri digital saat ini. Kami percaya, dengan memberikan pelatihan teknis dan coding, kita bisa memberikan superpower kepada teman-teman difabel untuk bisa berkarya lebih jauh,” kata Amanda Simandjuntak, Co-Founder dan Chief of Product Skilvul dalam keterangan tertulisnya kepada Inilah.com.

“Kami mengajak semua pihak untuk membuka akses seluas-luasnya, agar semua lapisan masyarakat, termasuk kaum difabel, bisa merasakan manfaat dari kemajuan ekonomi digital Indonesia,” imbuhnya.

World Economic Forum pun mencatat bahwa posisi pekerjaan di bidang informatika dan teknologi, seperti data analyst & scientist, spesialis big data, spesialis AI dan machine learning, dan software and applications developers semakin dibutuhkan di berbagai perusahaan.

Survei Kemenaker juga memasukkan pekerjaan Teknisi Operasi TIK dan Pendukung Pengguna ke dalam daftar tiga pekerjaan teratas yang paling dibutuhkan perusahaan usai pandemi. Dari survei yang sama, 26,9 persen perusahaan di Indonesia mengaku sangat membutuhkan keterampilan teknologi di kalangan pekerja.

Program Difabel Bisa Ngoding meliputi pemberian beasiswa penuh bagi para peserta difabel dari seluruh Indonesia untuk mengikuti Coding Bootcamp senilai Rp18 juta.
Pendaftar difabel yang mampu melihat dan mendengar akan disaring melalui partner yayasan difabel dan melewati serangkaian seleksi mulai dari background check, technical test, hingga wawancara.

Peserta diharapkan memiliki ketertarikan di bidang teknologi serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, disiplin, dan semangat pantang menyerah.

Pendaftaran akan dibuka dari 3 Desember 2021 dan dapat dilakukan melalui https://bit.ly/DifabelBisaNgoding. Adapun program pelatihan ini akan berlangsung selama 4 bulan mulai dari 17 Januari hingga 25 April 2022.

Finalis terpilih akan mengikuti program pelatihan selama 4 minggu, mengikuti demo day, dan graduation day. Tak hanya itu, para finalis juga akan diberikan bimbingan karir dan penyaluran kerja ke mitra-mitra industri Skilvul termasuk Telkom DWS.

Baru-baru ini, Telkom Indonesia mendapatkan penghargaan dari Kementerian Tenaga Kerja RI berkat kepeduliannya untuk mempekerjakan kaum difabel. Sebagai mitra strategis program Difabel Bisa Ngoding, Telkom DWS sebagai bagian dari Telkom Indonesia pun turut menyampaikan dukungannya.

“Sebagai partner, kami sangat mendukung program pelatihan Skilvul agar masyarakat dapat semakin merangkul kelebihan dan kompetensi rekan-rekan difabel, termasuk di bidang digital. Yang paling mereka butuhkan adalah kesempatan dan terus mendapatkan ruang untuk menunjukan bahwa mereka ada, mereka bisa, dan mereka mampu,” ucap Nanang Asnadi, Culture Agent Telkom Divisi Wholesale Service Telkom DWS.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ikhsan Suryakusumah

Emancipate yourselves from mental slavery, none but ourselves can free our minds...
Back to top button