Gallery

Hukum Menyiksa Hewan dalam Islam, Haram!

Video seorang pria menyeret anjing di Makasar, Sulawesi Selatan, viral di media sosial. Pelaku telah ditangkap polisi, Kamis (31/08/2023).

Beruntung anjing yang diseretnya tidak mengalami luka pada tubuhnya meski masih trauma.

Pelaku sendiri mengaku terpaksa menyeret anjing, lantaran melintasi lampu lalu lintas.

Pelaku sebelumnya diminta mengantarkan anjing ke tempat lain, tetapi karena takut digigit ia meletakkan anjing di sebelah becak motornya.

Penyeret anjing di Makasar itu, mengatakan tak sengaja membuat anjing kelelahan dan akhirnya terseret. Lalu bagaimana Islam memandangnya dan seperti apa hukum menyiksa hewan dalam Islam?

Dikutip dari NU Online, pada prinsipnya, Islam melarang penganiayaan terhadap binatang jenis apapun. Islam menjamin hak hidup binatang-binatang sebagai ciptaan Allah SWT.

Manusia tidak berhak menyakiti atau bahkan menghilangkan nyawa binatang.

Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Imam Muslim melarang manusia untuk menjadikan nyawa binatang sebagai taruhan atau permainan:

وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ  “لَا تَتَّخِذُوا شَيْئاً فِيهِ اَلرُّوحُ غَرَضًا” رَوَاهُ مُسْلِمٌ

(Artinya, “Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Jangan kalian menjadikan binatang bernyawa sebagai sasaran bulan-bulanan,’” (HR Muslim).

Adapun terkait anjing, Ibnu Abdil Barr dari mazhab Maliki menyatakan, penganiayaan terhadap anjing juga diharamkan. Sebaliknya, kebaikan terhadap anjing juga mengandung anjuran dan ganjaran pahala.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

قد يكون في التقصير في الإحسان إلى الكلب لأنه قانع ناظر إلى يد متخذه ففي الإحسان إليه أجر كما قال صلى الله عليه وسلم في كل ذي كبد رطبة أجر وفي الإساءة إليه بتضييقة وزر

(Artinya, “Terkadang terjadi kelalaian untuk berbuat baik terhadap anjing. Hal ini cukup dilihat dari tangan orang yang memeliharanya. Berbuat baik terhadap anjing bernilai pahala sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ‘Pada setiap limpa yang basah terdapat pahala.’ Berbuat jahat dengan kezaliman tertentu terhadap anjing bernilai dosa,” (Lihat Ibnu Abdil Barr, Al-Istidzkar Al-Jami‘ li Madzahibi Fuqaha’il Amshar, [Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cetakan pertama, juz XXVII, halaman 194).

Meski demikian, wajib diketahui binatang yang seperti apa yang harus diperlakukan dengan baik.

Ulama dari Mazhab Syafi’i membagi tiga kategori anjing. Tiga kategori dapat dijadikan acuan dalam menyikapi anjing di sekitar manusia.

واعلم أن الكلب ينقسم إلى ثلاثة أقسام عقور وهذا لا خلاف في عدم احترامه وندب قتله وما فيه نفع من اصطياد أو حراسة وهذا لا خلاف في احترامه وحرمة قتله وما لا نفع فيه ولا ضرر وهذا فيه خلاف ومعتمد الرملي فيه أنه محترم

(Artinya, “Anjing terbagi tiga jenis.

Pertama, anjing (galak) yang suka mengigit. Ulama tidak berkhilaf terkait ketidakhormatannya dan anjuran untuk membunuhnya.

Kedua, anjing yang bermanfaat untuk berburu dan menjaga. Ulama tidak berkhilaf terkait kehormatannya dan keharaman untuk membunuhnya.

Ketiga, anjing yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat.

Ulama berbeda pendapat perihalnya. Pandangan Ar-Ramli mengatakan, anjing jenis ini harus dijaga kehormatannya,” (Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi, I’anatut Thalibin [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz IV, halaman 120).

Dari berbagai keterangan di atas, umat Muslim harus membedakan keharaman dan najis anjing serta perlakuan manusia terhadapnya.

Keharaman anjing jelas mencegah umat Islam untuk mengonsumsinya. Najis anjing juga mengharuskan umat Muslim untuk menyucikannya sebagaimana pedoman dalam kitab-kitab fiqih.

Sementara perlakuan dan sikap manusia terhadap anjing dalam Islam mengharuskan manusia untuk berbuat baik kepadanya sebagaimana hak hidupnya yang dijamin dalam syariat baik perawatan minumnya maupun sikap adil terhadapnya, bukan menganiaya atau membunuhnya.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button