Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, mengungkapkan kenangan perjalanan spiritualnya bersama almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke makam guru Wali Songo, Syekh Jamaluddin, yang terletak di Tosora, Sulawesi Selatan. Pengalaman ini disampaikan dalam pidatonya pada Haul Gus Dur ke-15 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12).
Nasaruddin menceritakan bahwa perjalanan menuju makam Syekh Jamaluddin tidaklah mudah. Medan yang sulit membuat mereka harus mencoba beberapa kali untuk mencapainya.
“Pertama kali ke sana, kami tidak berhasil karena hanya menggunakan mobil sedan milik Profesor Masyihat. Medannya berbatu besar, dan mobil rusak. Baru di kunjungan kedua, kami menggunakan jeep, akhirnya sampai di makam itu,” ujarnya.
Menurut Gus Dur, makam Syekh Jamaluddin merupakan tempat istimewa karena beliau adalah guru sejati para Wali Songo. Meski Gus Dur tidak menjelaskan secara rinci sumber pengetahuannya, keyakinan tersebut membuat makam ini menjadi lebih dikenal dan dikunjungi banyak orang.
“Pada waktu itu, tidak ada yang mengenal siapa Syekh Jamaluddin. Namun, Gus Dur berkata, inilah guru sejati dari para Wali Songo,” tambah Nasaruddin.
Setelah itu, makam Syekh Jamaluddin di Tosora mulai banyak dikunjungi peziarah, termasuk dari luar negeri seperti Malaysia. “Belakangan, kami ke Malaysia dan mendapati banyak orang Malaysia juga mengunjungi makam Syekh Jamaluddin,” katanya.
Acara Haul Gus Dur ke-15 ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat negara, seperti Menteri PPPA Arifatul Fauzi, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, dan Menko Polhukam Mahfud MD.
Haul ini menjadi momen mengenang Gus Dur sebagai tokoh besar yang berjasa dalam menjaga keberagaman, toleransi, dan nilai-nilai spiritual di Indonesia.
Nasaruddin menutup pidatonya dengan mengajak semua pihak untuk meneladani jejak Gus Dur dalam menjaga harmoni sosial dan keagamaan.