News

Hidup Bermanfaat, Saling Membantu Saling Menolong

Menjadi manfaat untuk sebanyak mungkin orang. Seperti itulah salah satu tujuan awal Kitabisa.com lahir sembilan tahun lalu.

Dari pengalaman kerap menggalang dana semasa kuliah, Muhammad Alfatih Timur tergerak untuk terus berbuat baik kepada sebanyak mungkin orang.

“Orang baik itu banyak, cuma cara menyalurkannya susah dan untuk percaya juga gak mudah,” katanya dalam acara Revolusi Kedai Kopi di Inilah.com, Jumat (22/4/2022).

Timmy, begitu sapaan akrabnya makin yakin dengan tujuannya menjaga kepercayaan dan menjadi jawaban setelah melihat data bahwa Indonesia sangat banyak orang baik.

Charities Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan pada 2020. Berdasarkan World Giving Index 2021 yang disusun CAV, Indonesia memiliki skor 69%, naik dibandingkan pada 2019 yang sebesar 59%.

Dalam laporan WGI, Indonesia memiliki skor tertinggi lantaran orang yang berdonasi di tanah air mencapai 83% pada tahun lalu. Jumlah masyarakat yang menjadi sukarelawan pun mencapai 60%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

“Berdonasi, relawan, membantu orang tidak dikenal jadi tiga penilaiannya. Nah membantu orang tidak dikenal ini yang paling banyak ada di Indonesia,” ungkap Timmy.

Pemandangan pemotor sampai pengguna mobil memberi uang, sedekah dan bantuan kepada orang-orang di lampu merah adalah pemandangan biasa dan jadi kebiasaan banyak orang baik.

Kembali ke Kitabisa.com, Timmy banyaknya orang baik yang ingin berbuat baik dengan sedekah dan memberi santunan, namun tak ada waktu untuk melakukannya sendiri.

Kalaupun ada waktu, banyak orang yang tak yakin dalam menyalurkan bantuan. Berita tentang penipuan berkedok sedekah dan zakat masih ada saja meski tak banyak.

“Menjaga kepercayaan dan menjadi jawaban jadi pegangan Kitabisa.com. Kita punya tim 30 orang lebih yang melakukan verifikasi. Kalau dulu orang donasi gede-gede, sekarang kitabisa teriman donasi lima ribu,” tegas pria kelahiran 1990 itu.

Saling Membantu Adalah Keharusan Manusia

Ketua Pusat Studi Islam Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) Institute Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta, Yulianti Muthmainnah menyebut manusia sebagai mahkluk sosial diminta untuk saling membantu.

“Hadist nabi kan biilang kamu itu seperti saudara bagi muslim yang lain. Di kala satu muslim sakit, maka kamu juga merasakan sakit,” katanya dalam sesi sebelumnya.

Lewat campaign perempuan korban kekerasan seksual, Yuli dan teman-teman perempuannya bergerak untuk bisa membantu meringankan derita korban.

“Maka kita diam sih. Nanti pelaku akan menjadi dua kategori. Yang pertama dia akan mencari korban lain, karena beranggapan bahwa korban pertama saja diam. Kemudian kedua pelaku menjadi impunitas, karena tak ada hukumannya. Kalaupun ada, kecil sekali,” ungkapnya miris.

Yuli juga melihat rendahnya perhatian negara dalam kasus ini. Meski ada lembaga khusus serta bantuan advokasi terhadap korban, tetap saja masih terasa berat.

“Ditambah banyak orang menganggap korban kekerasan seksual itu ikut berkonstribusi. Entah pakaiannya yang disorot, perilakunya yang dikritik,” beber Yuli.

Untuk itu, Yuli dan kawan-kawan, dan mungkin harusnya kita semua, harus ikut tergerak membantu perempuan korban kekerasan selain bisa mendapat keadilan, penting juga untuk memulihkan kondisi korban pasca kekerasan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ivan Setyadhi

Dreamer, Chelsea Garis Biru, Nakama, Family Man, Bismillah Untuk Semuanya, Alhamdulillah Atas Segalanya
Back to top button