News

Hina Ning Imaz, Komunitas Pesantren Merasa Ditampar Eko Kuntadhi

Pihak pihak atau kelompok yang tidak tahu tentang dunia pesantren, yang tidak memahami kaidah-kaidah ilmu keagamaan, diminta untuk tidak merecoki dan berkomentar yang tidak tidak tentang Islam. Apa yang dilakukan bekas Ketua Relawan Ganjarist Eko Kuntadhi dipandang sebagai bentuk penghinaan terhadap perempuan dan pondok pesantren.

“Tolong sekali jangan ikut komentar, apalagi sampai menghina dan melecehkan. Kami dari komunitas pesantren tidak pernah masuk atau merecoki kelompok-kelompok yang tidak kami pahami. Saya betul betul merasa tertampar,” kata Panglima Santri Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Minggu (18/9/2022)

Seperti diketahui, Eko Kuntadhi tersandung kasus saat dia menghina dan melecehkan Ning Imaz, seorang ustadzah dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Eko akhirnya datang ke Lirboyo dan meminta maaf kepada Ning Imaz dan keluarga. Sejauh ini kasus berakhir damai.

Gara gara kasus ini Eko Kuntadhi terpaksa mundur dari Ketua Umum Relawan Ganjarist. Ganjar Pranowo sendiri dalam suatu kesempatan justru mengaku tidak mengenal Eko Kuntadhi. Belakangan di media sosial beredar foto sebuah diskusi yang melibatkan Ganjar dan Eko Kuntadhi dalam satu panggung.

Pesantren Naik Daun

Menurut Uu yang juga Wakil Gubernur Jabar ini, sekarang pesantren lagi naik daun seiring diterbitkanya undang-undang tentang pesantren dan produk hukum turunannya.

“Sekarang begitu ramai nama pesantren. Dan di dalamnya ada santri, ada kyai, ada ajengan. Kalau dulu santri identik dengan kampungan, identik dengan kemiskinan, identik dengan ortodok. Saya merasakan. Saya kan santri, anak kyai. Dulu sering diolok-olok. Tapi saya terima kasih ke Pak Jokowi sekarang. Santri lagi renyah sedang booming,” papar Uu.

Uu mengumpamakan pesantren ibarat sebuah pohon, semakin tinggi maka akan semakin kencang pula terpaan angin. “Memang belakangan banyak kejadian miris membuat dunia pesantren tercoreng. Tapi ingat tidak semua pesantren seperti itu, tidak semua ustadz seperti itu. Masih banyak kiai-kiai yang dapat dipercaya, masih banyak pesantren pesantren yang baik. Tidak semua. Jangan sama ratakan,” ujar Uu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button