Hizbullah Benarkan Komandan Tertingginya Fuad Shukr Tewas di Beirut


Kelompok Lebanon Hizbullah telah mengonfirmasi bahwa komandan seniornya Fuad Shukr tewas dalam serangan Israel di Beirut selatan. Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan tiga orang, termasuk dua anak-anak, juga tewas dan 74 orang lainnya terluka dalam serangan itu.

Pembunuhan Shukr hanya berselang beberapa jam sebelum pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Teheran, Iran. Sebagai salah satu petinggi Hizbullah, Shukr memang menjadi salah satu target pembunuhan Israel.

Tahun ini sudah ada empat komandan tinggi Hizbullah yang tewas akibat serangan Israel. Mengutip Reuters, selain Shukr, komandan tinggi Hizbullah yang dinyatakan tewas dalam serangan Israel 2024 adalah Taleb Abdallah, Wissam al-Tawil, dan Muhammad Nimah Nasser.

Sebelumnya, militer Israel mengatakan pihaknya melancarkan serangan presisi di Beirut pada hari Selasa (30/7/2024) yang menewaskan Shukr. Israel menuduh Shukr bertanggung jawab atas serangan rudal menewaskan 12 anak yang sedang bermain sepak bola di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Sabtu (27/7/2024).

“Tentara Israel melaksanakan serangan terarah di Beirut terhadap komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak di Majdal Shams dan pembunuhan sejumlah warga sipil Israel lainnya,” demikian pernyataan militer Israel dalam postingan di X, yang sebelumnya bernama Twitter.

Hizbullah, yang sebelumnya mengatakan Shukr selamat dari serangan tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu (31/7/2024) bahwa “panglima jihadis besar saudara Fuad Shukr (Hajj Mohsen)” berada di gedung yang menjadi sasaran musuh Zionis.

Saat mengumumkan kematiannya, kelompok itu menambahkan bahwa kehadiran Shukr adalah kekuatan perlawanan yang khas dan mengatakan pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, akan menyampaikan pidato pada kesempatan pemakaman Shukr.

Siapakah Shukr?

Shukr, yang juga dikenal sebagai al-Hajj Mohsen, lahir di Nabatieh, Baalbek, Lebanon timur. Ia merupakan salah satu pendiri Hizbullah setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Menurut militer Israel, Shukr mengawasi sejumlah serangan terhadap militer Israel dan mantan sekutunya, Tentara Lebanon Selatan (SLA), dalam dekade berikutnya.

Selain dicari oleh Israel, Shukr juga dicari oleh AS. Pada 2017, Departemen Keuangan AS menawarkan US$5 juta sekitar Rp81,38 miliar untuk informasi tentang Shukr, menggambarkannya sebagai penasihat senior pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan mengatakan memiliki peran utama dalam pengeboman mematikan tahun 1983 di barak Korps Marinir AS di Beirut.

Serangan yang menargetkan Shukr itu dilakukan di daerah padat penduduk di pinggiran kota Beirut menghantam lingkungan Haret Hreik dekat Dewan Syura Hizbullah. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan tiga orang, termasuk dua anak-anak, tewas dan 74 orang terluka dalam serangan yang digambarkan militer Israel sebagai “operasi pembunuhan yang ditargetkan” terhadap Shukr.

Zeina Khodr dari Al Jazeera melaporkan dari Beirut bahwa pesan Israel adalah bahwa ini adalah respons yang mereka janjikan terhadap serangan Majdal Shams dan bahwa mereka tidak tertarik dalam konfrontasi bersenjata lebih lanjut dengan Hizbullah di luar ini.

Hizbullah telah berjanji untuk menanggapi segala bentuk serangan dari Israel, tetapi Khodr mengatakan bahwa tanggapan terkoordinasi dari Iran dan sekutu regionalnya menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pagi ini di Teheran, juga dapat terjadi.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel menghadapi “masa-masa sulit di masa depan” tetapi “siap untuk semua skenario”.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam serangan terhadap Beirut dan Teheran sebagai eskalasi berbahaya. “Sekretaris Jenderal meyakini bahwa serangan yang kita lihat di Beirut Selatan dan Teheran merupakan eskalasi berbahaya di saat semua upaya seharusnya mengarah pada gencatan senjata di Gaza,” kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.