Hizbullah Kasih Kode Keras, tak akan Ada Tempat Aman di Israel


Pemimpin Hizbullah Lebanon mengatakan Rabu (19/6/2024) bahwa tidak ada tempat di Israel yang akan aman jika perang besar-besaran pecah antara kedua musuh tersebut. Hizbullah juga mengancam Siprus, anggota Uni Eropa untuk pertama kalinya, serta wilayah lain di Mediterania.

Hizbullah telah melakukan baku tembak dengan Israel selama lebih dari delapan bulan bersamaan dengan perang Gaza. Sehari sebelumnya, kelompok yang didukung Iran itu menerbitkan apa yang mereka katakan sebagai rekaman drone menunjukkan lokasi sensitif militer jauh di wilayah Israel.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan “tidak akan ada tempat yang aman dari rudal dan drone kami” di Israel jika terjadi perang yang lebih luas. Kelompok ini juga memiliki “sekumpulan target” yang dapat dikenai serangan presisi, katanya.

“Israel mengetahui bahwa apa yang menantinya di Mediterania sangatlah besar… Dalam menghadapi pertempuran sebesar ini, Israel tahu bahwa mereka sekarang harus menunggu kita di darat, di udara, dan di laut,” Nasrallah menambahkan.

Sehari sebelumnya, Hizbullah mengumumkan telah menyerang sejumlah posisi militer di Israel utara sebagai balasan atas serangan Israel di Lebanon selatan, Selasa (18/6/2024) malam. Dalam sebuah pernyataan di akun Telegram mereka, kelompok itu menyatakan para pejuangnya menargetkan pabrik bernama Balasan untuk industri militer di tempat pemukiman Sasa Israel dengan rudal Falaq.

Mereka juga melaporkan bahwa markas komando batalion Sehl di barak Beit Hillel dibombardir dengan roket Katyusha. Hizbullah mengatakan serangan itu dilakukan sebagai balasan atas serangan berulang Israel ke wilayah al-Barghalia di utara Tirus.

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz telah memperingatkan pada hari Selasa bahwa keputusan perang habis-habisan dengan Hizbullah akan segera diambil. Militer Israel mengatakan rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi.

Nasrallah juga mengancam Siprus, negara anggota Uni Eropa (UE) yang paling dekat dengan Lebanon, dan memiliki hubungan baik dengan Lebanon. Nasrallah menuduh Siprus mengizinkan Israel menggunakan bandara dan pangkalannya untuk latihan militer.

“Pemerintah Siprus harus diperingatkan bahwa membuka bandara dan pangkalan Siprus bagi Israel untuk menargetkan Lebanon berarti pemerintah Siprus telah menjadi bagian dari perang dan kelompok perlawanan (Hizbullah) akan menghadapinya sebagai bagian dari perang,” kata Nasrallah.

Siprus Menyangkal

Presiden Siprus Nikos Christodoulides membantah anggapan bahwa Siprus memihak dalam konflik apa pun. “Itu (Siprus) bukan bagian dari masalah, tapi bagian dari solusi. Peran itu terlihat misalnya melalui koridor (bantuan) kemanusiaan yang telah diakui tidak hanya oleh dunia Arab tetapi juga oleh komunitas internasional,” katanya merujuk pada pengiriman bantuan dari Siprus ke Gaza.

Siprus diketahui tidak menawarkan lahan atau fasilitas pangkalan apa pun kepada militer Israel. Hanya saja di masa lalu pernah mengizinkan Israel menggunakan wilayah udaranya yang luas untuk sesekali melakukan latihan udara, namun hal itu tidak pernah dilakukan selama konflik.

Pangkalan militer kedaulatan Inggris di Siprus telah digunakan oleh Inggris untuk operasi di Suriah di masa lalu dan baru-baru ini, Yaman. Ada dua pangkalan Inggris di Siprus, yang merupakan koloni hingga tahun 1960.

Nasrallah mengatakan kelompoknya akan berperang “tanpa aturan” dan “tanpa batasan” jika terjadi perang yang lebih luas. Ia berbicara pada sebuah acara peringatan bagi seorang komandan yang tewas dalam serangan Israel pekan lalu – tokoh Hizbullah paling senior yang terbunuh sejauh ini dalam konflik dengan Israel saat ini.

Hizbullah melancarkan serangan drone dan roket terbesarnya ke Israel sebagai pembalasan. Para pejabat PBB menyatakan keprihatinannya atas eskalasi tersebut. Utusan AS Amos Hochstein melakukan perjalanan ke Israel dan Lebanon untuk mendesak kedua belah pihak agar tidak terlibat dalam konflik skala penuh.

Hizbullah pertama kali menunjukkan bahwa mereka bisa menyerang kapal di laut dengan menyerang kapal perang Israel di Mediterania selama perang mereka tahun 2006. Laporan media dan analis selama bertahun-tahun mengindikasikan bahwa Hizbullah memperoleh rudal anti-kapal Yakhont buatan Rusia di Suriah, setelah pasukannya dikerahkan ke sana lebih dari satu dekade lalu untuk membantu Presiden Bashar al-Assad melawan perang saudara di negara tersebut.