Houthi Yaman Siap Kembali Angkat Senjata Jika Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza


Pemimpin Houthi Abdul-Malik al-Houthi memperingatkan bahwa kelompok militan Yaman itu siap untuk meluncurkan kembali operasi militer terhadap Israel jika mereka melanggar gencatan senjata di Gaza.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi, Selasa (11/2/2025), pemimpin Houthi itu menekankan perlunya persatuan Arab dan Islam dalam melawan kebijakan AS di kawasan tersebut. Dia juga mengecam segala rencana untuk menggusur warga Palestina.

“Tahap saat ini harus menjadi tahap persatuan Arab dan Islam,” katanya, seraya mengkritik ‘kegilaan AS melalui rencana penggusuran warga Gaza’.

Al-Houthi mendesak negara-negara Arab untuk menolak pengaruh AS. “Ini kesempatan bagi negara-negara Arab untuk berkata ‘Tidak kepada Amerika’ dan berhenti tunduk pada pengaruh Amerika,” tegasnya.

Gerakan Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman bagian utara, termasuk Sanaa, ibu kota Yaman, sebelumnya menyerang kapal-kapal di Laut Merah, tindakan yang mereka gambarkan sebagai solidaritas terhadap warga Palestina dalam konflik Israel-Hamas.

Gencatan senjata selama 42 hari antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada 19 Januari 2025, dengan Israel sepakat untuk menarik pasukannya dari Gaza.

Seiring pemberlakuan gencatan senjata mencapai setengah jalan, negosiasi yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS dilakukan untuk menentukan apakah gencatan senjata akan berlanjut ke tahap kedua, yang berpotensi melibatkan pembebasan lebih banyak lagi warga Israel yang disandera Hamas dan warga Palestina yang ditahan Israel.