“Ibragim punya mental seperti Khabib. Dia tidak mudah tertekan, bahkan di situasi paling sulit sekalipun. Itu yang membedakan petarung hebat dengan petarung biasa,” ujar Mendez dalam sesi latihan terbuka di San Jose. Di balik ketenangan itu, ada ritual yang selalu dilakukan Ibragim sebelum bertarung: menatap foto ibunya dan berdoa. Kebiasaan ini bukan sekadar sentimental, melainkan bentuk pengingat akan akar dan tujuan hidupnya.
Ia tahu, lawannya bukan seteru sembarangan. Ibragim Ibragimov paham benar bahwa Joaquim Polônia, petarung berbakat asal Brasil, adalah lawan yang susah ditaklukkan. Tapi itu tak membuat Ibragim jeri, apalagi ngeri. Di ronde ketiga, dengan gerakan cepat bak bayangan, ia menjatuhkan Polônia menggunakan teknik head kick & punches yang mematikan. Penonton bergemuruh menyaksikan jatuhnya pukulan demi pukulan pada target yang terarah. Komentator acara malam itu berseru lantang, “He’s unstoppable! This young man is a force to be reckoned with!” Tangan Ibragim diangkat, dan namanya kembali menggema di panggung internasional.
Tidak banyak yang tahu sisi lain dari Ibragim Ibragimov, pemuda 28 tahun asal Dagestan yang kini diperhitungkan sebagai salah satu calon bintang besar MMA. Di balik julukan The Mauler, ada sosok yang menyimpan cerita hidupnya yang penuh tekad dan pengorbanan. Setiap kali memasuki arena, Ibragim membawa foto ibunya yang tersimpan rapi dalam tas latihan. “Ibuku selalu bilang, apa pun yang terjadi, berjuanglah dengan hati dan jangan pernah menyerah,” ujar Ibragim dalam wawancara dengan The Athletic setelah pertarungan.
Tekad Baja dari Tanah Keras Dagestan
Ibragim lahir pada 12 Maret 1996 di Makhachkala, ibu kota Dagestan. Kawasan yang memang dikenal produktif melahirkan para petarung dengan disiplin keras. Namun, perjalanan Ibragim menuju panggung MMA tidak semudah kisah para seniornya seperti Khabib Nurmagomedov atau Islam Makhachev. Pelatih pertamanya, Ruslan Magomedov, mengenang betapa kerasnya latihan yang dijalani Ibragim sejak kecil.
“Ibragim bukan anak paling berbakat di awal, tapi dia punya tekad baja. Latihannya lebih lama dari yang lain, dan dia tak pernah mengeluh,” ujar Ruslan dalam wawancara dengan RT Sports.
Perjuangan Ibragim memuncak ketika ia menjuarai Eurasian Fighting Championship pada 2018, setelah mengalahkan Pavel Kharitonov dalam pertandingan sengit. Kemenangan ini menjadi tiket emas yang membawanya masuk ke ajang MMA internasional.
Fokus! Fokus!
Kemenangan atas Joaquim Polônia bukan hanya hasil latihan keras, tetapi juga strategi cerdas yang diterapkan timnya. Kawan sekaligus rekan latihannya, Islam Makhachev, memberikan komentar tentang performa Ibragim.
“Ibragim selalu fokus pada detail kecil. Dia mempelajari setiap gerakan lawan sebelum bertarung, itulah yang membuatnya sulit diprediksi,” kata Islam dalam wawancara dengan ESPN MMA.
Di sisi lain, Joaquim Polônia, lawan yang dikalahkan Ibragim, juga memberikan pujian. “Dia sangat tenang, seolah-olah tahu apa yang akan saya lakukan sebelum saya bergerak. Itu bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga kecerdasannya dalam bertarung,” ujar Polônia dalam konferensi pers pasca-pertarungan.
Selain kemenangan atas Polônia, Ibragim memiliki daftar panjang lawan yang ia taklukkan dengan gemilang. Beberapa di antaranya adalah: Josh Reed: Ibragim memenangkan pertandingan dengan kuncian arm triangle choke pada ronde pertama, hanya dalam waktu 50 detik di PFL Europe 2, 8 Juni 2024.
Max Souza dikalahkannya melalui head & arm choke pada ronde kedua di Caged Steel 32, 20 Mei 2023. Juga Sheldon Rodwell yang dipecundanginya dengan cepat melalui guillotine choke pada ronde pertama di Machine MMA 32, 11 Maret 2023. Ia uga mengalahkan Alan Almeida melalui ground & pound pada ronde pertama dalam waktu 1 menit 46 detik di Vida Fighting Championships 2, 4 Desember 2021.
Setiap kemenangan ini menunjukkan kemampuan Ibragim untuk menyelesaikan pertarungan dengan cepat dan efektif, baik melalui teknik submission maupun striking.
Kekuatan Mental di Balik The Mauler
Salah satu hal yang membuat Ibragim istimewa adalah ketenangan yang ia tunjukkan di dalam dan luar arena. Pelatih utamanya di American Kickboxing Academy (AKA), Javier Mendez, memberikan komentar tentang mentalitas Ibragim.
“Dia adalah salah satu petarung muda yang punya potensi besar. Ketenangan dan dedikasinya mengingatkan saya pada banyak petarung Dagestan,” ujar Mendez dalam sesi wawancara dengan MMA Junkie.
Di balik ketenangan itu, ada ritual yang selalu dilakukan Ibragim sebelum bertarung: menatap foto ibunya dan berdoa. Kebiasaan ini bukan sekadar sentimental, melainkan bentuk pengingat akan akar dan tujuan hidupnya.
Masa Depan di MMA
Dengan rekor tak terkalahkan 8-0, posisi Ibragim di kelas ringan semakin diperhitungkan. Namun, tantangan besar menanti, termasuk nama-nama seperti Justin Gaethje dan Charles Oliveira. Belum lagi di sana ada kawan dekat sekaligus senior yang kini tengah menyimpan sabuk juara kelas ringan, Islam Makhachev. Apakah Ibragim siap?
“Saya tidak pernah memikirkan ranking atau lawan saya selanjutnya. Saya hanya fokus menjadi lebih baik setiap hari. Jika waktunya tiba, saya akan siap,” kata Ibragim dalam wawancara dengan The Athletic.
Brett Okamoto, analis ESPN MMA, percaya bahwa Ibragim bisa menjadi penantang serius di divisi ringan dalam waktu dekat. “Dia memiliki kombinasi sempurna antara gulat Dagestan dan striking yang berkembang pesat. Jika dia terus menunjukkan performa seperti ini, tidak ada alasan dia tidak bisa menjadi juara,” ujar Okamoto.
Alhasil, Ibragim Ibragimov bukan sekadar petarung berbakat dari Dagestan. Di balik julukan The Mauler, ada kisah ketekunan, kecintaan pada keluarga, dan ketenangan yang ia bawa ke setiap pertarungan. Kini, dunia MMA menanti langkah selanjutnya dari petarung yang selalu membawa foto ibunya sebagai pengingat bahwa setiap kemenangan adalah perjuangan yang dipersembahkan untuk sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. [ ]