ICCN 2024: Pendekatan Neurofisiologi Jadi Solusi Pencegahan Penyakit Neurologi


Dokter sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni), Dodik Tugasworo P, mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan otak dan mencegah penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi otak.

Dodik mengungkapkan hal tersebut mengingat prevalensi penyakit neurologi di Indonesia cukup tinggi, dengan stroke menempati posisi sebagai penyebab kematian kedua terbesar di Indonesia.

“Penyakit-penyakit neurologi seperti stroke, demensia, parkinson, dan beberapa penyakit di neurologi seperti epilepsi, sekarang ini menjadi banyak sekali. Dan ini memerlukan satu tindakan yang saya rasa perlu, satu tindakan preventif untuk mencegah,” kata Dodik dalam jumpa pers di The International Congress of Clinical Neurophysiology (ICCN), Jakarta, Kamis (12/9/2024).

Dodik pun menekankan pentingnya beragam pendekatan preventif yang sistematis dalam pencegahan penyakit neurologi.

Termasuk, membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan rutin, terutama untuk mendeteksi kondisi seperti hipertensi dan diabetes.

“Jadi kalau sudah jatuh ke penyakit neurolgi itu madesu, masa depan suram. Kita harus mengedepankan masalah preventif, cek gula darah, cek tensi, cek kolesterol supaya kita enggak terkena penyakit itu,” tegasnya.

Selain itu, pendekatan lain juga dibutuhkan guna memaksimalkan pencegahan terhadap penyakit yang menyerang sistem saraf terutama otak.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani gangguan neurologi adalah melalui pendekatan neurofisiologi. Pendekatan neurofisiologi melibatkan studi aktivitas listrik otak dan sistem saraf untuk mendiagnosis dan memahami gangguan seperti epilepsi, kelainan tidur, dan cedera saraf.

“Neurofisiologi di sini adalah sangat mendukung. Karena diagnosis misalkan ada yang kesemutan atau kebas itu semua neurofisiologi perannya di situ sangat penting,” paparnya.

Lebih jauh, Dodik juga menjelaskan bahwa penyakit seperti Alzheimer, serta penyakit degeneratif lainnya, memiliki hubungan erat dengan aspek neurofisiologi.

Terapi berbasis neurofisiologi ini sudah tersedia dan dapat digunakan untuk menangani penyakit-penyakit tersebut.

Dengan kondisi Indonesia yang akan segera mengalami bonus demografis, Dodik memprediksi kasus-kasus seperti parkinson, stroke, dan penyakit degeneratif lainnya juga semakin bertambah.

“Dengan perkembangan ilmu neurofisiologi, kita memiliki kesempatan besar untuk mencegah, mendeteksi lebih awal, dan memberikan terapi yang lebih efektif bagi pasien,” ujarnya.

Pendekatan ini melibatkan penggunaan EEG (elektroensefalogram), EMG (elektromiogram), EP (evoked potential) untuk menganalisis sinyal saraf dan memberikan intervensi yang tepat.