Iga Swiatek dan Jannik Sinner Terjerat Doping, Dunia Tenis Profesional Bergejolak


Dunia tenis diguncang dengan kabar dua nama besar, Iga Swiatek dan Jannik Sinner, terjerat kasus doping sepanjang 2024. Swiatek, peringkat dua dunia dan pemilik lima gelar Grand Slam, mengaku positif mengonsumsi zat terlarang trimetazidine (TMZ) akibat kontaminasi melatonin yang digunakan untuk mengatasi jetlag. 

Di sisi lain, Jannik Sinner, petenis nomor satu dunia asal Italia, juga terbukti positif anabolic steroid, yang diklaim berasal dari krim pijat tanpa sepengetahuannya.

Kasus Iga Swiatek: Kontaminasi Melatonin

Swiatek menjalani tes antidoping pada 12 Agustus, sepuluh hari setelah tampil di Olimpiade Paris 2024. 

Tes menunjukkan keberadaan TMZ dalam jumlah kecil di tubuhnya. TMZ merupakan zat terlarang oleh WADA karena dapat meningkatkan efisiensi aliran darah dan daya tahan tubuh.

Melalui video berdurasi hampir tujuh menit di Instagram, Swiatek menjelaskan bahwa zat tersebut masuk ke tubuhnya tanpa sengaja. 

“Zat itu mengontaminasi melatonin yang saya gunakan untuk mengatasi jetlag,” ujar Swiatek.

Meski demikian, Swiatek tetap menerima sanksi skors sementara dari 12 September hingga 4 Oktober, yang membuatnya absen di tiga turnamen, termasuk WTA 1000 Beijing. 

Namun, setelah memberikan bukti pada Laboratorium Tes dan Penelitian Pengobatan Olahraga di AS, ITIA menyimpulkan bahwa Swiatek tidak sengaja mengonsumsi TMZ. Swiatek pun kembali bertanding pada Final WTA dan Piala Billie Jean King.

Kasus Jannik Sinner: Krim Pijat yang Bermasalah

Jannik Sinner, petenis nomor satu dunia, juga menghadapi kasus doping pada 2024. Tes pada Maret mendeteksi anabolic steroid dalam tubuhnya. Sama seperti Swiatek, ITIA menyatakan bahwa Sinner tidak bersalah karena zat tersebut berasal dari krim pijat yang digunakan anggota timnya. Sinner tidak menerima sanksi dan tetap berlaga, termasuk menjadi juara di ATP Miami.

Namun, keringanan ini menuai kritik. Beberapa petenis menilai Sinner mendapat keistimewaan. 

“Mengapa Sinner tetap bisa bertanding saat kasusnya belum selesai?” ujar salah satu kritikus.

Ketimpangan Sanksi: Swiatek, Sinner, dan Halep

Kasus Swiatek dan Sinner dibandingkan dengan hukuman berat yang diterima Simona Halep. 

Petenis asal Rumania itu dihukum empat tahun karena doping pada 2022, meskipun ia juga mengklaim zat tersebut masuk tubuhnya akibat kontaminasi suplemen. Banding Halep pada CAS hanya berhasil mengurangi skors menjadi sembilan bulan.

“Saya kehilangan dua tahun karier saya karena ketidakadilan. Tapi saya tetap merasa mendapatkan dukungan dan cinta dari banyak orang,” tulis Halep di media sosial, merespons kabar ringan hukuman Swiatek dan Sinner.

Reaksi Publik dan Masa Depan Tenis

Publik tenis terpecah atas kasus ini. Sebagian mendukung Swiatek dan Sinner, percaya bahwa keduanya tidak bersalah. 

Namun, sebagian lain merasa aturan doping diterapkan tidak adil, terutama jika dibandingkan dengan kasus Halep atau Maria Sharapova, yang dihukum dua tahun karena konsumsi meldonium pada 2016.

Kedua kasus ini menyoroti perlunya transparansi dan keadilan dalam penerapan aturan doping. Di tengah sorotan, baik Swiatek maupun Sinner terus melanjutkan karier mereka, sementara pertanyaan tentang keadilan dalam dunia tenis masih menggantung.