Market

IHSG Miliki 8 Sentimen Positif, 10 Saham Layak Trading Pekan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan ke depan ditengarai lebih banyak diselimuti sentimen positif dibandingkan katalis negatif. Ada delapan sentimen positif dan hanya dua sentimen negatif. Sepuluh saham pun mendapat rekomendasi beli.

“Ada banyak sentimen positif pada minggu lalu dibandingkan sentimen negatifnya yang bakal menopang dan menggerakkan pasar saham pada sepekan mendatang ini,” kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino dalam keterangan tertulis yang diterima Inilah.com di Jakarta, Senin (24/10/2022).

Pada perdagangan Senin (24/10/2022), IHSG berakhir menguat 35,273 poin (0,50%) ke posisi 7.053,044. Sepanjang perdagangan, indeks mencapai intraday tertingginya di 7.092,170 atau menguat 74,399 poin dan terendahnya di 7.036,514 atau menguat 18,743 poin dari posisi pembukaan di angka terendahnya itu dan posisi penutupan sebelumnya di 7.017,771.

Delapan Sentimen Positif

Ia menyebutkan, ada 8 sentimen positif dari pekan lalu yang bakal menggerakkan pasar saham dalam sepekan ke depan. Kedelapan sentimen positif tersebut, salah satunya (pertama) adalah neraca perdagangan September yang kembali surplus.

“Begitu juga dengan (kedua) keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan,” ujarnya.

Ketiga, sambung dia, masih solidnya pertumbuhan kredit September 2022. Keempat, diperpanjangnya kebijakan uang muka 0% untuk kredit kendaraan bermotor hingga akhir 2023.

Kelima, aksi beli investor asing, Keenam, solidnya laporan keuangan emiten di kuartal III-2022, Ketujuh, kenaikan harga minyak kelapa sawit dan Kedelapan, lebih baiknya beberapa laporan Keuangan di Wall Street.

“Sementara itu sentimen negatif dari minggu lalu hanya ada 2 yakni naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika dan tertekannya nilai tukar rupiah,” tegasnya.

Surplus Neraca Perdagangan September 2022

Terkait neraca perdagangan September 2022 yang kembali surplus, ia menjelaskan pada bulan September neraca perdagangan kembali tercatat surplus sebesar US$4,94 miliar. Angka ini lebih tinggi dari konsensus US$4,84 miliar. Akan tetapi, itu lebih rendah dari sebelumnya US$5,71 miliar.

Surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh pertumbuhan ekspor 20,28% secara tahunan (yoy) dari sebelumnya 29,93% yoy dan naiknya impor 22,02% yoy dari sebelumnya 32,81% yoy.

“Di sepanjang kuartal II-2022, neraca perdagangan mencapai US$14,92 miliar atau tumbuh 13% yoy dan dari awal tahun surplus mencapai US$39,97 miliar atau tumbuh 59% yoy,” jelas Mino.

Kenaikan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen

Sementara itu, keputusan Bank Indonesia yang menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75% dari konsensus 0,50% merupakan langkah front loaded, pre-emptive dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi. Itu juga untuk memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0% +/-1% lebih awal menjadi semester I 2023 dari sebelumnya semester II-2023.

“Begitu juga untuk tujuan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah menguatnya dolar AS dan ketidakpastian global,” papar dia.

Pertumbuhan kredit September juga menunjukkan angka yang masih solid, yakni sebesar 11% yoy. Posisi ini naik dari sebelumnya 10,62%. Pertumbuhan kredit ini ditopang oleh seluruh jenis kredit (kredit modal kerja, investasi dan konsumsi) serta seluruh sektor ekonomi.

Investor Asing Catatkan Aksi Beli Bersih Rp62,61 Triliun

Menariknya, lebih jauh Mino menjelaskan, setelah dalam empat pekan berturut-turut investor asing melakukan aksi jual sebesar Rp7,84 triliun, akhirnya pada perdagangan akhir pekan lalu asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp0,5 triliun.

“Dengan pembelian bersih tersebut maka dari awal tahun asing telah membukukan beli bersih Rp62,61 triliun,” tegasnya.

Sentimen positif lainnya, kata dia, yakni solidnya laporan keuangan emiten di kuartal III-2022. Di sepanjang sembilan bulan 2022, emiten PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan pendapatan bunga bersih Rp46,1 triliun (9% yoy) dengan total pendapatan mencapai Rp62,8 triliun (9% yoy).

Laba operasional sebelum pencadangan mencapai Rp39,6 triliun (9% yoy). Sementara itu laba bersih tumbuh tumbuh 25% yoy menjadi Rp28,9 triliun.

Terkait harga komoditas minyak kelapa sawit yang berhasil membukukan kenaikan cukup signifikan 4,33%, Mino menegaskan kenaikan harga minyak kelapa sawit tersebut dipicu oleh melemahnya nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar AS dan kekhawatiran akan gangguan cuaca.

The Fed Turunkan Agresivitas soal Kenaikan Suku Bunga Acuan

Dari sisi sentimen negatif, ada kekhawatiran investor terhadap peluang tertekannya ekonomi Amerika seiring keagresifan The Fed dalam menaikan suku bunga acuan. Ini lantaran rilis data inflasi AS yang masih lebih tinggi dari ekspektasi dan sempat membuat imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun menyentuh level 4,337%. Ini merupakan level tertingginya dalam 14 tahun terakhir.

“Namun munculnya ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan keagresifannya dalam menaikan suku bunga acuan membuat yield bergerak turun ke level 4,21%,” tegasnya.

Sentimen negatif kedua, yakni menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya. Kondisi ini membuat rupiah Kembali mengalami tekanan dan pada pekan lalu menyentuh level 15.600-an.

Sentimen Sepekan ke Depan

Mino lantas membeberkan, sejumlah sentimen positif yang bakal menggerakkan pasar dalam sepekan mendatang, yakni dari sisi domestik terkait adanya laporan keuangan emiten kuartal III-2022, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan harga komoditas.

“Sementara itu dari sisi eksternal, market minggu ini akan tertopang oleh berlanjutnya musim laporan keuangan kuartal III-2022, perkembangan yield obligasi, rilis data Indeks Pengeluaran Konsumen (PCE), indeks manufaktur, dan data pertumbuhan ekonomi China dan Amerika di kuartal II-2022,” tegasnya.

10 Saham Pilihan ‘Trading’ Pekan Ini

Nah, berkaca dari kuatnya sentimen positif yang bakal menopang market pada sepekan ke depan, Mino pun merekomendasikan aksi beli pada sejumlah saham untuk trading. Saham-saham tersebut adalah:

  1. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan support 1.780, resistance 1.950 dan cut loss di 1.730.
  2. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan support di 3.760, resistance 4.200, cut loss di 3.570.
  3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan support di 6.050, resistance 6.500, dan cut loss di 5.850.
  4. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan support di 4.850, resistance 5.650, dan cut loss di 4.500.
  5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan support di 8.425, resistance 9.600 dan cut loss di 7.850.
  6. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan support 4.260, resistance 4.580, dan cut loss di 4.100.
  7. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan support di 8.225, resistance 9.050, dan cut loss di 7.875.
  8. PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) dengan support di 89, resistance 101, dan cut loss di 83.
  9. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan support di 1.840, resistance 2.100 dan cut loss di 1.725.
  10. PT Astra International Tbk (ASII) dengan support di 6.200, resistance di 6.850, dan cut loss di 5.950.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button