Hangout

Ilham Habibie, Sosok Visioner yang Ingin Wujudkan Impian Sang Ayah

Berbekal ilmu teknik pesawat terbang, Ilham Akbar Habibie bertekad mewujudkan impian sang ayah supaya Indonesia bisa terus membuat pesawat terbang sendiri.

Putra sulung pasangan dari Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie dan Hasri Ainun Besari Habibie itu mengikuti jejak sang ayah yang berkutat di pesawat terbang. Pendidikan itu didapat dari Technical University of Munich, Jerman dalam teknik penerbangan.

Bahkan ia juga sempat bekerja di perusahaan pesawat Boeing setelah lulus perguruan tinggi di Jerman. Namun keahliannya dibutuhkan untuk membantu merancang pesawat terbang yang digagas sang ayah untuk kembali ke Indonesia.

Hingga akhirnya ia didaulat menjadi Direktur Marketing PT Dirgantara Indonesia, perusahaan yang telah melahirkan sebuah pesawat dalam negeri berkode N-250 yang dikembangkan Ilham.

Namun sayang proyek pengembangan pesawat N-250 terpaksa berhenti karena salah satu persyaratan yang diminta International Monetary Fund (IMF) untuk menstabilkan perekonomian Indonesia ketika itu.

Ia pun keluar dari perusahaan tersebut pada 2002 dan bergabung ke Grup Ilthabi Rekatama, perusahan keluarga dengan terlebih dulu belajar ilmu manajemen di School of Business, Universitas Chicago, Singapura, pada 2003.

Selain memiliki ilmu teknik pesawat terbang, ia juga memahami bisnis untuk karirnya. Bersama perusahaannya itu ia pun menanamkan modal ke PT Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan pembuat pesawat terbang dan didirikan bersama sang ayah, B.J. Habibie.

Pria kelahiran Jerman 16 Mei 1963 itu.mengeksekusi proyek pesawat penumpang bermesin turboprop R-80, hasil pengembangan dari Pesawat N-250. Penumpang berpenumpang 80 orang itu dinilai cocok untuk penerbangan di Indonesia.

Pesawat R-80 merupakan pesawat buatan Indonesia dengan arsitek BJ Habibie ketika itu. Pembuatannya disponsori oleh PT RAI dan dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia.

Adapun biaya pembuatan prototipe pesawat R80 itu mencapai lebih dari Rp200 miliar. Sedangkan keseluruhan biaya pengembangan usaha mencapai USD 1,6 miliar atau sekitar Rp20 triliun.

Sehingga BJ Habibie mengajak masyarakat Indonesia mendukung pengembangan pesawat R-80 dengan melakukan penggalangan dana pada 2017 lalu di Kitabisa.com.

Setelah mantan Presiden RI ke-3 itu meninggal dunia, warganet semakin semangat mewujudkan impian BJ Habibie agar Indonesia memilik pesawat sendiri yakni R-80.

Kini meski sang ayah telah tiada, semangat Ilham meneruskan pembuatan R-80 terus dilakukan. Namun karena pandemi COVID-19, program tersebut terpaksa terhenti.

“Saya kira tugas saya sebagai anak untuk meneruskan impian bapak. Tugas saya menuntaskan R80,” ujar Ilham ketika itu.

Selama karirnya, Ilham Habibie selalu memiliki jabatan strategis di antaranya Direktur Marketing PT Dirgantara Indonesia, CEO/President, PT. ILTHABI Rekatama (2002), Commissioner of PT. Asuransi Wuwungan (2002), CEO/President Director of PT. Global Group Asia (2003-2006), Chairman of PT. Industri Mineral Indonesia (2003-2004),
Commissioner of PT. Citra Tubindo, Tbk; (2004), Chairman of Mitra Energia Ltd. (2004), CEO/President Director, PT. Industri Mineral Indonesia (2005), CEO/President Director, PT. ILTHABI Bara Utama (2005), Chairman of PT. Ilthabi Sentra Herbal (2005), Commissioner of PT. Sarana Pembangunan Jawa Tengah (2006), Commissioner of PT. Global Group Asia (2006), dan Commisioner of Sound Oil plc (2006)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Anton Hartono

Jurnalis yang terus belajar, pesepakbola yang suka memberi umpan, dan pecinta alam yang berusaha alim.
Back to top button