Market

Indef: Dampak KTT G20 Kecil kecuali Sepakat Hentikan Perang

Dampak dari gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dinilai kecil dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Baru berdampak besar jika para anggota G20 sepakat menghentikan perang Rusia-Ukraina.

“Dampaknya menurut saya relatif kecil kalau dibandingkan dengan (PDB) Indonesia. Menurut pemerintah, sumbangannya (dari G20) itu kan sekitar Rp7 triliun. Jadi kalau Rp7 triliun ya dibandingkan, katakanlah, GDP kita Rp16.500 triliun, kan itu kecil sekali (hanya sekitar 0,04 persen),” kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad kepada Inilah.com di Jakarta, Senin (14/11/2022).

KTT G20 di Bali digelar pada 15 dan 16 November 2022. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim Forum internasional yang diadakan setiap satu tahun ini mampu memperbaiki ekonomi Indonesia yang sempat terpuruk karena pandemi.

Dalam G20Pedia, Menkeu menyebutkan, gelaran G20 akan menciptakan kontribusi US$533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun pada PDB Indonesia. Konsumsi domestik juga akan meningkat hingga Rp1,7 triliun lantaran kegiatan internasional ini.

Meski begitu, Tauhid kembali menyampaikan, dampak ekonomi KTT G20 pada kuartal IV-2022 juga tidak signifikan. Apalagi, gelaran KTT itu tak mungkin bisa memberi manfaat secara langsung (jangka pendek) terhadap ekonomi Indonesia.

“Enggak bisa kita lihat manfaat KTT G20 (dalam) jangka pendek. Jangka pendek hanya uang saja yang diputar di situ,” timpal dia.

Secara wilayah, sambung dia, yang mendapat dampak ekonomi secara jangka pendek hanya Provinsi Bali. Sementara provinsi di luar Bali, tentunya tidak akan mendapatkan dampak ekonomi secara cepat (jangka pendek), melainkan jangka menengah atau panjang.

“Hari ini diselenggarakan G20 (di Bali), Jakarta ya begini-begini saja, apalagi wilayah lain. Belum lagi jika tamunya atau wisatawannya maupun delegasinya terbang ke Bali, dan sedikit yang mampir ke Jakarta. Jadi secara langsung hanya menguntungkan kepada Provinsi Bali,” ucapnya.

Dampak ekonominya akan besar jika puncak KTT G20 nanti terjadi kesepakatan luar biasa, yaitu upaya penghentian negara-negara yang tengah berperang, seperti Rusia versus Ukraina. Sebab, kata Tauhid, jika perang tersebut mampu berhenti, berbagai harga dalam komoditas internasional menjadi turun.

“Nah itu artinya terjadinya perdamaian. Kan (nanti) harga energi jadi turun, pangan turun, itu baru (dampak ekonomi) yang lebih terasa,” imbuhnya.

Ia mengaku khawatir jika nanti dalam puncak KTT G20 tidak terjadi kesepakatan tersebut, tentunya dampak ekonomi yang diberikan pada ekonomi Indonesia, jelas relatif lebih kecil. “Nah kalau misalnya tidak sampai situ (tercapainya kesepakatan para peserta G20 untuk menghentikan perang), belum lah. Jadi belum ada dampak (ekonomi) yang besar,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button