Saham Jepang telah mencatat kerugian terbesar sejak Oktober 1987, melanjutkan aksi jual minggu lalu yang dipicu kekhawatiran bahwa ekonomi Amerika Serikat mungkin lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya. Rata -rata saham Nikkei turun 10,01 persen atau 3.595,30 poin menjadi 32.314,40 pada sore hari, level terendah dalam beberapa bulan.
Indeks telah turun tajam dari puncaknya di bulan Juli, dan sedang menuju penurunan dua hari terbesar yang pernah ada. “Saham domestik anjlok murni karena kekhawatiran bahwa ekonomi AS mungkin menuju resesi,” kata Shoichi Arisawa, manajer umum departemen riset investasi di IwaiCosmo Securities.
Saham AS mengalami aksi jual untuk sesi kedua berturut-turut pada hari Jumat setelah laporan pekerjaan yang lemah meningkatkan kekhawatiran akan datangnya resesi dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga besar-besaran pada bulan September.
Prospek suku bunga yang lebih rendah membebani dolar dan mendorong penguatan yen. Mata uang Jepang naik hampir 1 persen pada 145,11 per dolar AS setelah menyentuh level tertinggi sejak pertengahan Januari di 144,76 pada awal sesi. “Saya pikir dolar-yen akan bergeser ke zona 140-145 karena data penggajian nonpertanian yang lebih buruk dari perkiraan dan ketegangan Timur Tengah,” kata Ryota Abe, ekonom di SMBC di Singapura, mengutip Channel News Asia (CNA).
“Penguatan yen juga akan membebani Nikkei karena margin korporasi akan turun, akibagt banyak korporasi sama sekali tidak memperkirakan kenaikan yen Jepang yang begitu tajam dan tiba-tiba.”
Yen menguat 10 persen terhadap dolar hanya dalam waktu tiga minggu, sebagian didorong oleh kenaikan suku bunga Bank Jepang minggu lalu.
“Pertanyaannya sekarang adalah apakah kita terus menjual saham atau membelinya kembali,” kata Seiichi Suzuki, kepala analis pasar ekuitas di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory. “Saya pikir pasar akan tidak stabil hingga sekitar Oktober, tetapi saya akan membelinya kembali sekarang karena faktor fundamental yang mengangkat indeks ke puncaknya belum berubah,” katanya, mengutip reformasi tata kelola perusahaan.
Kemerosotan terbesar Nikkei dalam satu hari adalah penurunan sebesar 3.836 poin, atau 14,9 persen dalam penurunan yang dijuluki 'Senin Hitam' pada 1987. Patokan tersebut sekarang berada pada level yang sama dengan tahun lalu.
Sementara itu, saham-saham India anjlok sekitar 2 persen pada hari Senin dalam penurunan intraday tertajam dalam dua bulan, dan indeks acuan Taiwan anjlok 7,9 persen ke level terendah sejak akhir April, penurunan intraday terburuk sejak Mei 2021. Ekuitas di Korea Selatan kehilangan lebih dari 5 persen dalam penurunan terburuknya sejak dimulainya pandemi COVID-19 pada Maret 2020.
Di Asia Tenggara, indeks acuan Singapura turun 3,6 persen, menandai hari terburuknya dalam lebih dari dua tahun, sementara saham di Indonesia dan Filipina kehilangan sekitar 2 persen.