Indonesia dan Turki Berambisi Targetkan Perdagangan Tembus Rp168 Triliun


Indonesia dan Turki menargetkan perdagangan kedua negara mencapai US$10 miliar (Rp168 triliun) pada 2025 menyusul semakin menguatnya hubungan biliteral Indonesia Turki.  

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia dan Turki memiliki fundamental ekonomi yang relatif stabil dengan konsumsi domestik yang cukup tinggi. Tahun 2025 menandai 75 tahun kerja sama bilateral Indonesia dan Turki, untuk itu kerja sama tahap lanjutan menjadi suatu keharusan bagi kedua negara.

“Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerjasama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan Amerika Serikat,“ kata Airlangga dalam acara Leader’s Talk dalam Antalya Diplomacy Forum di Ankara dan Antalya, Turki, Kamis (10/4/2025) waktu setempat.  

Dalam kesempatan itu, Airlangga mengatakan kedua negara sepakat melanjutkan kerja sama untuk meningkatkan target perdagangan kedua negara. Pada 2024, Indonesia Turki menargetkan nilai perdagangan US$2,4 miliar (Rp40 triliun) dan akan bertambah menjadi USD10 miliar pada tahun ini.

“Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN,” kata Wakil Menteri Perdagangan Turki Ozgur Volkan Agar dalam kesempatan yang sama.

Untuk mencapai target tersebut, Indonesia maupun Turkiya sepakat melakukan percepatan dan implementasi dari limited preferential. Kedua negara pun akan fokus membahas bebas tarif dan non-tarif untuk beberapa produk utama melalui negosiasi yang cepat.

“Produk pertanian Turki bakal masuk ke pasar Indonesia, dan sebaliknya pasar Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan Indonesia,” ujar Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali.

Adapun, Turki telah memiliki kerja sama perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam sehingga limited preferential trade agreement dengan Indonesia segera diselesaikan, sejalan dengan mandat kedua negara. Di sisi lain, Indonesia melihat Turki sebagai hub untuk masuk pada pasar Uni Eropa dan mendukung percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.

Produk-produk dari pertanian dan kehutanan dapat menjadi bahan baku bagi industri makanan minuman serta sektor industri kerajinan di Turki sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. Pemerintah Turkiya juga menekankan proteksionisme perdagangan yang saat ini dilakukan beberapa negara di dunia justru akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan negara-negara utama dunia.