Indonesia Minati Rudal BrahMos Lengkapi Persenjataan Sukhoi Su-30 Flanker

indonesia-minati-rudal-brahmos-lengkapi-persenjataan-sukhoi-su-30-flanker
Indonesia Minati Rudal BrahMos Lengkapi Persenjataan Sukhoi Su-30 Flanker


BrahMos muncul sebagai senjata pertahanan pilihan. Rudal jelajah supersonic ini bisa menjadi pasangan baru yang bisa diandalkan bagi negara-negara yang sudah memiliki jet tempur Sukhoi Su-30 ‘Flanker’ asal Rusia. Indonesia yang sudah memiliki Sukhoi menyatakan minatnya.

BrahMos merupakan modifikasi rudal anti-kapal era Soviet (Oniks, Yakont) yang dikembangkan Biro Desain Reutov pada akhir 1980-an. Nama ini diambil dari sungai Brahmaputra di India dan sungai Moskva di Rusia. Peluncuran uji pertama dilakukan pada 12 Juni 2001, di kawasan Chandipur di Odisha, India, kemudian, rudal tersebut mulai diproduksi di perusahaan di kedua negara.

Jangkauan asli rudal jelajah supersonik BrahMos, yang dikembangkan di bawah Usaha Patungan India-Rusia, adalah 290 kilometer. Pada tahun 2023, Angkatan Udara India (IAF) berhasil menguji rudal jelajah BrahMos jarak jauh dengan jangkauan 450 kilometer yang dipasang pada jet tempur Sukhoi-30 MKI.

Mengutip Eurasian Times, BrahMos dapat terbang dengan kecepatan tiga kali lipat kecepatan suara yaitu 2,8 Mach. Ditambah lagi radius tempur Sukhois yang mencapai 1.500 kilometer, dan jangkauan BrahMos yang diperluas hingga 450 kilometer. Ini telah menjadi paket mematikan yang mampu mengirimkan senjata pada jarak yang lebih jauh.

Malaysia, Indonesia, dan Vietnam juga menerbangkan Flanker sebagai bagian dari angkatan udara masing-masing. Perwakilan BrahMos pada pameran Defense Services Asia (DSA) 2024 yang baru-baru ini diadakan di Kuala Lumpur mengatakan bahwa perusahaan tersebut telah menawarkan rudal jelajahnya kepada Indonesia, Malaysia, dan Vietnam.

Sementara itu, laporan situs pertahanan Janes.com mengatakan Malaysia dan Indonesia telah menunjukkan minat khusus terhadap BrahMos yang diluncurkan melalui udara. Berbicara dengan Janes di acara tersebut, juru bicara BrahMos Aerospace mengatakan perusahaannya menawarkan rudal jelajahnya ke negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. “Kami (BrahMos Aerospace) sedang melakukan pembicaraan dengan semua negara ini, dan mereka telah menunjukkan minat yang baik terhadap rudal tersebut,” tambah juru bicara tersebut.

Pada bulan Maret 2023, CEO BrahMos Aerospace Atul D. Rane mengatakan bahwa perusahaannya sedang dalam diskusi lanjutan dengan Jakarta mengenai kesepakatan senilai US$200 juta hingga US$350 juta yang di dalamnya telah ditawarkan untuk memasok rudal berbasis pantai dan versi yang dapat dipasang pada kapal perang.

Cocok dengan Sukhoi di Indonesia

TNI Angkatan Udara (AU) menjadi salah satu pengguna jet tempur Sukhoi Su-30. Indonesia memiliki 16 unit pesawat tempur jenis Su-27/30/35. Mengutip informasi dari laman TNI AU, Sukhoi Su-30 buatan Rusia memiliki kode NATO ‘Flanker-C’, yang dikembangkan oleh Sukhoi Rusia. 

post-cover
Pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK 2 saat terbang di atas perairan timur Indonesia (Foto: armchairgeneral.com)

Sukhoi Su-30 termasuk jenis jet tempur multifungsi yang cukup efektif digunakan sebagai pesawat penyerang darat. Dengan kemampuannya, pesawat ini kerap disandingkan dengan F/A-18E/F Super Hornet dan F-15E Strike Eagle milik Amerika Serikat. Awalnya, Su-30 dikembangkan sebagai modifikasi lebih lanjut dari Su-27 versi Flanker. Meski memiliki kerangka desain dari Su-27, jet tempur ini telah banyak disematkan peningkatan-peningkatan di dalamnya. 

Menurut laporan Military Factory, Su-30 mempunyai panjang 21,9 meter, lebar 14,7 meter, serta tinggi sekitar 6,36 meter. Sementara itu, berat kosongnya diperkirakan mencapai 17.700 kilogram. Pada dapur pacunya, Sukhoi Su-30 dibekali tenaga penggerak 2x mesin turbofan Saturn AL-31F. Untuk performanya, jet tempur buatan Rusia ini dapat mencapai kecepatan 2.120 km/jam serta jangkauan hingga 3.000 km. 

Beralih ke persenjataan, Su-30 membawa meriam otomatis seri 30mm GSh-301 standar dan 150 proyektil. Pada eksteriornya, terdapat juga sekitar 12 cantelan yang mendukung amunisi bawaan lain seperti rudal udara, pod roket, bom drop konvensional serta bom berpemandu laser presisi. Beberapa varian dari Su-30 yang telah sukses secara komersial adalah seri Su-30K dan Su-30MK. 

Indonesia telah mengoperasikan rudal jelajah anti-kapal supersonik Yakhont berbasis kapal asal Rusia sejak tahun 2011. BrahMos adalah rudal jelajah supersonik tercepat di dunia, dan dapat diluncurkan dari kapal selam, kapal, pesawat terbang, atau platform darat. Ia melaju dengan kecepatan tiga kali lipat kecepatan suara, sehingga menyulitkan musuh untuk menjatuhkannya.

BrahMos secara teknis bertenaga ramjet dengan pendorong propelan padat yang dapat diluncurkan dari tabung, kapal selam, kapal laut, dan pesawat terbang di darat. Ia bergerak dengan kecepatan Mach 2,8 hingga 3,0 tetapi sedang ditingkatkan untuk melaju lebih cepat dari Mach 5,0. untuk varian hipersonik.

Salah satu fitur khususnya adalah kemampuannya untuk terbang sangat dekat dengan tanah untuk menghindari sistem pertahanan rudal. Bahkan, pada fase terminal, rudal bisa terbang serendah 10 meter ke permukaan tanah. Rudal tersebut mengandalkan pencari radar aktif atau panduan inersia pada fase akhir.

Beberapa Negara Sudah Gunakan BrahMos

Filipina mempersenjatai diri dengan BrahMos yang berbasis di pantai setelah meningkatnya permusuhan terhadap China. Negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dilaporkan sedang mempertimbangkan versi rudal jelajah supersonik yang diluncurkan dari udara. India sebelumnya mengirimkan BrahMos yang berbasis darat ke Filipina pada 19 April. 

post-cover

Penjualan BrahMos ke Filipina telah dilakukan melalui kesepakatan antar pemerintah (G2G). Hal ini mencakup pengiriman tiga baterai rudal, pelatihan untuk operator dan pengelola, dan paket Dukungan Logistik Terpadu (ILS) yang diperlukan. Satu baterai rudal biasanya terdiri dari tiga peluncur otonom bergerak dengan masing-masing dua atau tiga tabung rudal, beserta sistem pelacakannya.

Sistem rudal BrahMos telah diperoleh di bawah Proyek Prioritas 2 “Horizon” untuk memodernisasi angkatan bersenjata Filipina di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Filipina Barat. Unit rudal tersebut akan membantu mengamankan wilayah Filipina yang memiliki garis pantai sangat panjang. Setelah pengiriman tersebut, Filipina akan bergabung dengan kelompok kecil negara-negara Asia Tenggara yang memiliki kemampuan rudal jelajah anti-kapal supersonik. 

Pengerahan rudal jelajah BrahMos akan memberikan negara kepulauan ini semacam pencegahan terhadap raksasa Asia, China. Pengiriman tersebut, yang dipandang sebagai langkah pembuka dalam pembelian lebih banyak perangkat keras militer dari India, juga menandakan New Delhi mengatasi keengganannya untuk menjadi pemain di Laut Cina Selatan.

Angkatan Udara India (IAF) telah mengoperasionalkan Su-30MKI yang dilengkapi BrahMos. Pesawat ini meningkatkan kemampuan strategis India. IAF telah memindahkan Sukhoi yang dilengkapi BrahMos ke sektor utara dari pangkalan mereka di Thanjavur selama puncak konflik dengan China. IAF telah memodifikasi 40 Sukhoinya untuk menghasilkan BrahMos versi udara. Pembuat pesawat milik negara Hindustan Aeronautics Ltd (HAL) akan memodifikasi 20-25 Sukhoi lagi.

Langkah India untuk mengerahkan BrahMos di sepanjang perbatasan dengan China menimbulkan tanggapan tajam dari Beijing. Harian PLA, publikasi resmi Tentara Pembebasan Rakyat China, mengatakan: “India mengerahkan rudal supersonik di perbatasan telah melebihi kebutuhan pertahanan diri dan menimbulkan ancaman serius bagi provinsi Tibet dan Yunnan di China.”

Panglima Angkatan Udara IAF Marsekal Vivek Ram Chaudhary mengatakan : “Kombinasi BrahMos pada Sukhoi Su-30 telah memberi kami kemampuan luar biasa yang meningkatkan daya tembak. Hal ini telah membuat nilai pencegahan IAF meningkat pesat.”