Market

Industri Nikel Moncer, Hillcon Bidik Pendapatan Rp6 Triliun di 2023

Perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor tambang nikel, PT Hillcon Tbk optimistis dengan moncernya industri nikel pada 2023. Ini lantaran pertumbuhan penjualan kendaraan listrik dan peningkatan konsumsi nikel metal industri baterai.

Atas dasar itu, calon emiten dengan kode saham HILL itu mematok pendapatan Rp6 triliun sepanjang tahun kelinci air ini.

“Selain itu, kami juga memproyeksi laba bersih Rp1 triliun. Per Desember 2022, pendapatan terakumulasi sekitar Rp3,2 triliun, dan laba sekitar Rp300 miliar,” kata Jaya Angdika, Direktur Keuangan Hillcon dalam paparan publik di Jakarta, jelang akhir pekan ini.

Nah, untuk menggapai proyeksi itu, Hillcon mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (Capex) senilai Rp1 triliun. Belanja modal itu kombinasi dengan pinjaman institusi sekitar Rp800 miliar hingga Rp1 triliun.

”Pinjaman bisa dari lembaga perbankan atau multifinance,” tuturnya.

Setelah sempat tertunda, Hillcon saat ini melangsungkan proses initial public offering (IPO) maksimal 442,3 juta lembar dengan nilai nominal Rp100. Pengeluaran saham itu setara 15 persen dari modal ditempatkan, dan disetor penuh setelah IPO.

Dengan banderol Rp1.250-2.000 per lembar, Hillcon bakal meraup dana IPO maksimal Rp884,6 miliar.

Dana IPO sekitar 55 persen untuk membiayai modal kerja berkaitan biaya produksi pertambangan. Meliputi biaya bahan bakar, biaya overhead, dan pemeliharaan alat berat. Lalu, sisa sekitar 45 persen untuk membiayai belanja modal.

”Itu terdiri dari pengadaan peralatan untuk mendukung kegiatan operasional sektor nikel,” tegas Hersan Qiu, Direktur Utama Hillcon.

Rencana IPO Hillcon itu, bagian upaya pengembangan bisnis, menciptakan nilai optimal, stakeholder, mewujudkan ekosistem industri nikel nasional, dan global. Itu sebabnya, Hillcon menawarkan saham ke publik. Hillcon berharap, menarik investor berinvestasi di Indonesia.

”Hillcon memiliki potensi pertumbuhan kuat seiring perkembangan teknologi. Itu memantapkan langkah Hillcon menjadi pemain industri nikel,” imbuhnya.

Sebagai perusahaan infrastruktur pertambangan batu bara, nikel, dan pekerjaan sipil terkemuka, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel lengkap. Ini seiring pertumbuhan penjualan kendaraan listrik, dan peningkatan konsumsi nikel metal industri baterai. ”Ekosistem itu, didukung produsen nikel lokal. Indonesia produsen nikel terbesar dunia,” bebernya.

Secara geografis, memungkinkan Hillcon memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lokasi beragam, dan memberi keuntungan dalam memenangkan proyek seluruh negeri. Saat ini, Hillcon beroperasi di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.

”Selain itu, juga memberi Hillcon kemampuan menyebarkan sumber daya ke proyek baru seluruh pelosok negeri lebih cepat, meningkatkan keunggulan kompetitif dalam memenangkan sejumlah proyek baru,” tegasnya.

Pada 2021 konsumsi nikel dunia naik 17,2 persen menjadi 2,8 juta ton dibanding 2020 hanya tumbuh 0,6 persen. Sebanyak 69 persen atau 1,96 juta ton nikel metal dikomsumsi industri baja Stainless.

Indonesia sebagai produsen nikel terbesar dunia memiliki 950 ribu ton nikel metal pada 2021, atau 35 persen dari total produksi nikel dunia. Indonesia memiliki cadangan terbukti nikel terbesar dunia yaitu 22 persen alias 21 juta ton nikel metal. Cadangan terkira mencapai 41 juta ton nikel metal.

Hingga September 2022, Hillcon mencatat pendapatan Rp2,17 triliun, meningkat 68,22 persen dibanding periode sama 2021 sejumlah Rp1,29 triliun. Laba kotor melesat 10,39 persen menjadi Rp579,1 miliar dari periode sama 2021 senilai Rp524,6 miliar. Total aset Hillcon melejit 28,75 persen menjadi Rp3,09 triliun dari posisi akhir 2021 sebesar Rp2,40 triliun.

Hillcon melakukan roadshow dan penawaran awal (bookbuilding) pada 12-26 Januari 2023. Pernyataan efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharap meluncur pada 7 Februari 2023. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 15 Februari 2023.

Untuk memuluskan rencana aksi korporasi itu, manajemen Hillcon menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas Indonesia sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek, dan Macquarie sebagai Penjamin Emisi Efek.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button