Di tengah industri otomotif nasional yang melesu di kuartal pertama 2024 ini, pengamat otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan Indonesia masih menjanjikan bagi investor.
Dia menyebut Indonesia masih unggul dengan memiliki populasi terbesar keempat di dunia, dengan kelas menengah –sebagai segmen pembeli terbesar– yang terus bertumbuh.
“Penurunan awal tahun ini tidak semestinya menjadi indikator permanen yang menyurutkan minat pabrikan untuk berinvestasi di Indonesia. Kita memiliki populasi terbesar keempat di dunia, dengan kelas menengah yang terus bertumbuh. Hal ini menunjukkan potensi pasar otomotif yang sangat besar dan menjanjikan bagi investor,” kata Yannes kepada Antara, Rabu (3/7/2024).
Penurunan signifikan dari penjualan sektor otomotif di awal tahun ini, menurut dia, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ketidakpastian ekonomi akibat pemilu.
Daya beli masyarakat pun turut melemah, mempersempit ruang bagi pembelian kendaraan. Kenaikan harga kendaraan yang tak terelakkan akibat inflasi, pajak, dan kelangkaan chip semikonduktor semakin memberatkan situasi. Di sisi lain, gangguan rantai pasokan global turut memperparah keadaan.
“Berbagai faktor berkontribusi terhadap situasi ini, mulai dari ketidakpastian ekonomi akibat pemilu, menjadi salah satu faktor utama, menyebabkan konsumen menunda pengeluaran besar, termasuk pembelian kendaraan yang bertambah mahal dengan bunga kredit yang semakin tinggi,” ujar Yannes.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat penjualan retail sepanjang Januari hingga Mei 2024 membukukan hasil 361.698 unit. Capaian ini turun 14,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (Januari-Mei 2023) yang tercatat sebanyak 422.514 unit.
Yannes mengungkap, faktor-faktor kunci seperti pemulihan ekonomi global dan domestik, kebijakan pemerintah yang kondusif, stabilitas politik, dan inovasi industri akan memainkan peran penting dalam menentukan masa depan industri otomotif di Indonesia.
“Meskipun terdapat beberapa tantangan, seperti pemulihan ekonomi yang belum merata, inflasi, dan ketegangan geopolitik, peluang untuk kembali ke tren positif masih terbuka,” kata dia menambahkan.