Market

Inflasi di AS Buat Rupiah Tertekan

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup melemah dipicu rilis data inflasi Amerika Serikat Juni yang melampaui ekspektasi pasar.

Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.020 per US$ dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.992 per US$.

Mungkin anda suka

“US dolar sangat kuat setelah data menunjukkan kenaikan besar pada inflasi yang menambah kekhawatiran akan resesi global dengan imbal hasil obligasi US 2 tahun naik lebih tinggi dibandingkan yang 10 tahun (inverted yield curve). Hal ini menyebabkan aset dan mata uang beresiko tertekan,” kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Indeks harga konsumen (IHK) AS pada Juni 2022 meningkat 9,1 persen (yoy), melebihi estimasi pasar 8,8 persen dan merupakan kenaikan terbesar sejak 1981.

Rilis inflasi Juni yang melebihi estimasi tersebut memberi peluang bank sentral menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin selama pertemuan bulan ini.

Dari dalam negeri, lanjut Lukman, meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19 juga menekan rupiah. Mengutip laman covid19.go.id, terdapat penambahan 3.822 kasus baru pada Rabu (13/7/2022) kemarin.

“Sedangkan BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan minggu depan yang akan bisa menekan pertumbuhan ekonomi,” ujar Lukman.

BI memutuskan masih mempertahankan BI7DRR sebesar 3,5 persen, meski beberapa bank sentral negara lain telah melakukan penyesuaian suku bunga. Suku bunga 3,5 persen itu telah bertahan selama 15 bulan atau sejak Maret 2021.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.999 per US$. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.993 per US$ hingga Rp15.038 per US$.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke posisi Rp14.999 per US$ dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.985 per US$.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button