Market

Inflasi Sudah Seleher, Sri Mulyani Ramal Suku Bunga di AS Naik Maksimal 3,5 Persen

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed akan meningkatkan suku bunga acuan 50-70 basis poin (bps) per bulannya. Hingga 3,5 persen sampai akhir tahun ini.

“Tapi itu mungkin bukan merupakan titik terakhir,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Menurut dia, ramalan tersebut mengacu kepada pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell bahwa tak segan menaikkan suku bunga di atas netral, agar inflasi bisa kembali ke level dua persen.

Saat ini, inflasi di Negeri Paman Sam masih berada di level yang cukup tinggi, yakni 8,4 persen. Secara historis, Sri Mulyani menjelaskan tekanan inflasi tinggi di Negeri Paman Sam selalu direspons dengan kenaikan suku bunga acuan yang tinggi pula.

Bahkan, kemungkinan akan diikuti dengan kontraksi balance sheet The Fed yang akan menyebabkan pengetatan likuiditas lebih dalam lagi. Pada 1974, inflasi AS mencapai 12,3 persen. Sehingga suku bunga acuan dinaikkan menjadi 13 persen. Begitu pula pada 1980, inflasi melonjak 14,8 persen, suku bunga acuan dinaikkan menjadi 20 persen.

Namun saat suku bunga acuan AS meningkat cukup tinggi, ia menuturkan biasanya pertumbuhan ekonomi di Negeri Adidaya cenderung menjadi negatif, bahkan terjadi resesi. “Ini adalah yang disebut fenomena stagflasi dan merupakan risiko baru yang sangat kompleks,” ungkap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini. [ikh]

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button