Inggris Ingatkan AS soal Tarif Impor Baja akan Rugikan Kedua Negara


Pemerintah Inggris memperingatkan bahwa rencana tarif impor baja oleh AS akan merugikan kedua negara.

Saat ini Inggris berupaya mendapatkan pengecualian dari kebijakan perdagangan yang direncanakan Presiden Donald Trump.

Menteri Bisnis Inggris Jonathan Reynolds mengatakan kepada BBC pada Minggu (16/2/2025) bahwa Inggris dan AS memiliki ‘kepentingan bersama’ untuk menghindari pajak impor sebesar 25 persen yang dijadwalkan berlaku mulai Maret 2025.

Reynolds menekankan industri baja Inggris menawarkan produk-produk yang sangat spesifik dan dibutuhkan AS, seperti lapisan kapal selam angkatan laut yang diproduksi di Sheffield, Inggris.

“Memberlakukan tarif pada baja Inggris akan berdampak negatif bagi kita sendiri, juga bagi AS,” ujar Reynolds, seraya memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa meningkatkan biaya bagi pembayar pajak di AS.

Peringatan ini muncul setelah pemerintah Inggris menjanjikan dukungan hingga 2,5 miliar poundsterling (sekitar Rp51,2 triliun) untuk menopang industri baja dalam negeri yang tengah menghadapi tekanan keuangan akibat kenaikan biaya dan persaingan global.

UK Steel, organisasi yang mewakili sektor baja Inggris, menyebut tarif yang direncanakan Trump sebagai ‘pukulan telak’, mengingat kebijakan tersebut dapat berdampak besar pada perdagangan baja Inggris dengan AS yang bernilai 400 juta poundsterling (sekitar Rp8,17 triliun) per tahun.

Meskipun Inggris bukan pemasok utama baja ke AS –karena hanya 10 persen dari total ekspor baja Inggris yang dikirim ke Negeri Paman Sam– para pemimpin industri khawatir bahwa tarif ini akan menciptakan preseden yang mengganggu hubungan perdagangan.

Trump sebelumnya menyatakan bahwa tarif ini akan diterapkan ‘tanpa pengecualian atau dispensasi’. Namun, Reynolds tetap optimistis dengan proses diplomasi yang sedang berlangsung.

Ia mengaku telah melakukan ‘pembicaraan konstruktif’ dengan tokoh-tokoh penting dalam pemerintahan Trump, termasuk utusan khusus AS untuk Inggris.

Reynolds mengakui bahwa negosiasi ini penuh tantangan, tetapi pihaknya meyakini ada ‘dasar untuk keterlibatan yang konstruktif’ antara London dan Washington.

“Saya memahami bahwa mereka memiliki mandat untuk mengubah pendekatan perdagangan mereka, tetapi kami memiliki argumen dan cerita yang berbeda dibandingkan dengan Uni Eropa atau China dalam hubungan dagang kami,” jelasnya.

Meskipun ketegangan meningkat, pemerintah Inggris menegaskan tidak akan segera melakukan tindakan balasan. Sebaliknya, mereka akan terus berupaya mendapatkan pengecualian melalui jalur diplomasi.