News

Inggris Siap Berlakukan Larangan Plastik Sekali Pakai

Untuk mengatasi masalah lingkungan, pemerintah Inggris akhir tahun ini akan memberlakukan larangan penggunaan benda-benda plastik sekali pakai. Namun, rencana tersebut disambut dingin banyak pihak.

Plastik sekali pakai merupakan sesuatu yang umum di Inggris. Sendok, garpu, pisau, kontainer, kantung plastik dengan mudah ditemukan di restoran di sana. Namun rupanya, kemudahan yang ditawarkan produk yang satu ini membuat para advokat lingkungan khawatir. Benda-benda ini merupakan limbah yang luar biasa sulit terdekomposisi sehingga banyak mencemari sungai dan laut.

Mereka pun mendesak pemerintah konservatif untuk segera mengambil tindakan. Gaung mereka ternyata bersambut. Pemerintah Inggris, melalui Menteri Lingkungan Hidup Lord Goldsmith, baru-baru ini mengumumkan akan melarang penggunaan benda-benda sekali pakai berbahan plasik. Targetnya, menjelang akhir tahun 2023, plastik sekali pakai akan menjadi barang langka di sana.

Menurut Kementerian Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan Inggris, sekitar satu miliar piring plastik sekali pakai dan lebih dari empat miliar peralatan makan lain sekali pakai digunakan setiap tahun di Inggris. Namun hanya sekitar sepuluh persen yang didaur ulang. Ini artinya, 90 persen lainnya menjadi limbah yang hanya bisa terdekomposisi selama sedikitnya dua abad.

Hasan Beche, manajer sebuah restoran kecil mengeluhkan rencana ini. Ia menilai, meniadakan barang-barang plastik akan menaikkan biaya operasional restorannya.

“Jika kita menaikkan lebih banyak biaya, maka ada lebih banyak biaya operasional untuk kita. Jadi, saya kira akan ada lebih banyak bisnis yang tutup,” komentarnya.

Andrew Cook, pemilik sebuah restoran ikan dan kentang goreng di Kota Leeds, Inggris Utara, mengaku sudah menggunakan alternatif plastik dari bahan yang dapat dibuat kompos. Tetapi, ia keberatan, kalau restorannya dan restoran-restoran lain, sepenuhnya harus meninggalkan benda-benda plastik.

Anggota Federasi Pemilik Restoran Ikan dan Kentang Goreng itu memperkirakan, konversi penuh ke benda-benda non plastik akan membuat industri restoran terpaksa mengeluarkan dana sebesar sekitar 90 juta pounsdterling per tahun. Ia juga mengkhawatirkan ketersedian produk nonplastik.

“Kekhawatiran terbesar saya adalah ketersediaan produk. Juga tidak adanya pemikiran bersama terkait daur ulang. Jadi, menurut saya pihak berwenang setempat perlu merancang panduan tentang apa yang harus dilakukan konsumen dengan kemasan pangan mereka setelah selesai mengonsumsinya,” ujar Cook.

Larangan penggunaan plastik sekali pakai juga mencakup berbagai barang yang berkaitan dengan makanan dan minuman yang dibawa pulang dari restoran. Namun, menurut juru kampanye Greenpeace Nina Schrank, usaha ini tidak memadai.

“Pemerintah Inggris memiliki tanggung jawab nyata untuk memperbaiki krisis plastik. Menurut saya, yang mereka utak-atik saat ini hanyalah tepian dari sebuah masalah besar. Mereka hanya melarang beberapa item yang berbeda,” kata Schrank.

Menurut dia, pemikiran daur ulang juga harus juga ditujukan pada barang-barang nonplastik. Sendok atau piring dari kayu, katanya, juga membutuhkan waktu dekomposisi sedikitnya dua tahun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button