Hangout

Ini 4 Tradisi Unik Menyambut Gerhana Matahari di Indonesia

Ditulis oleh: Diyah Nur

Gerhana matahari merupakan fenomena alam yang terjadi akibat bayangan bulan menghalangi cahaya matahari yang menuju ke bumi.  Yang mana dalam proses terjadinya gerhana, posisi bulan berada di tengah, terletak di antara bumi dan matahari.  

Bagi sebagian besar orang, menyaksikan gerhana matahari adalah kesenangan tersendiri. Bukan hal yang aneh apabila kemunculan gerhana matahari kerap disambut dengan antusiasme tinggi.  

Ada beberapa cara untuk menyaksikan gerhana matahari. Mulai dari melihat dengan menggunakan teleskop di Observatium Boscha, pemakaian kacamata gerhana, hingga penggunaan filter matahari Netral Density 5 (ND5). 

Namun, selain itu, nyatanya beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi penyambutan gerhana matahari tersendiri yang terbilang cukup unik dan menarik. Berikut kiranya beberapa tradisi unik penyambutan gerhana matahari di Indonesia.  

1. Gejog Lesung

gojog lesung dari yogyakarta
Foto: Situs resmi Kalurahan Muntuk, Bantul, Yogyakarta

Gejog Lesung merupakan tradisi penyambutan gerhana matahari dari Yogyakarta. Tradisi ini terdiri dari 5-6 orang yang memukul-mukuli lesung (tempat menumbuk padi) dengan alu (penumbuk padi). Yang mana pukulan-pukulan tersebut memunculkan irama.  

Tradisi ini digunakan dalam penyambutan gerhana dikarenakan kepercayaan tradisi Jawa kuno yang beranggapan bahwa gerhana matahari terjadi karena adanya raksasa bernama Batara Kala yang memakan matahari.  

Maka, agar matahari kembali ke tempatnya seperti semula, manusia harus memukul-mukul lesung agar Batara Kala memuntahkan matahari yang telah ia makan.  

Adanya perkembangan teknologi, membuat Gejog Lesung dipadukan dengan alat musik modern. Bukan hanya itu, perkembangan teknologi juga mengakibatkan Lesung semakin langka. Sehingga tradisi ini hanya ditampilkan di beberapa daerah.  

2. Dolo-dolo 

dolo dolo merupaka Tradisi Menyambut Gerhana Matahari di ternate
Ilustrasi: iStock Photo

Saat gerhana matahari tiba, masyarakat Ternate menggelar tradisi dengan memukul kentongan dari bambu secara bersamaan. Tradisi inilah yang dikenal dengan sebutan dolo-dolo.  

Dalam beberapa kesempatan, dolo-dolo kerap kali dipadukan dengan tari-tarian untuk memeriahkan suasana.  Hal ini dilakukan selama gerhana matahari berlangsung.  

Tradisi ini bersumber dari kepercayaan Maluku Utara yang beranggapan bahwa gerhana terjadi akibat ditelannya matahari oleh seekor naga. 

Selain kentungan, masyarakat juga membunyikan tifa dan peralatan dapur untuk menghentikan sang naga memakan sumber utama cahaya di bumi.

3. Pukul Seng dan Kaleng 

Ilustrasi: iStock Photo

Di daerah Nusa Tenggara Timur, memukul seng dan kaleng merupakan tradisi yang dilakukan untuk menyambut gerhana matahari. 

Suara-suara nyaring yang ditimbulkan dari seng bekas dan kaleng dipercaya dapat membuat gerhana cepat berlalu, sehingga matahari dapat bersinar normal kembali. Tradisi ini juga dilakukan ketika gerhana bulan datang.  

4. Tradisi Sego Rogoh

Tradisi Menyambut Gerhana Matahari
Ilustrasi: iStock Photo

Tradisi Sego rogoh merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat jawa untuk melindungi wanita hamil dari Buto Ijo saat gerhana matahari tiba. Berdasarkan kepercayaan turun-temurun masyarakat jawa, Buto Ijo memunculkan dirinya dan memangsa janin para ibu hamil saat terjadi gerhana.  

Maka, untuk mencegah Buto Ijo memangsa sang janin dalam tubuh wanita hamil, keluarga harus melakukan kenduri liwetan. Menu-menu yang disajikan oleh keluarga wanita hamil selain nasi liwet, nasi yang dimasak dengan cara khusus sehingga menghasilkan tekstur lembut, juga ada lauk-lauk khusus.  

Mulai dari telur rebus lengkap dengan sambal terasi dan lalapan kacang panjang dan mentimun.  Ada juga 2 buah tumpeng kembar yang disebut tumpeng laki-laki dan perempuan yang merupakan suguhan wajib dalam tradisi ini.  

Sajian makanan tersebut nantinya akan dibagikan kepada ibu-ibu yang mengikuti kenduri, yang mana sebelumnya sudah didoakan terlebih dahulu. 

Nasi liwet dan sajian menu yang tersedia, dipercaya merupakan makanan kesukaan Buto Ijo. Sehingga Buto Ijo tak jadi memangsa sang bayi melainkan memakan makanan yang sudah tersaji.  

Selain itu, wanita yang sedang hamil pun diwajibkan untuk mencicipi nasi liwet dan telur rebus. Ia juga harus bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Konon tradisi ini dilakukan untuk bersembunyi dari Buto Ijo sendiri.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button