Reaksi berbeda terjadi di Korea Utara usai mosi pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dikabulkan parlemen. Media Korut dikabarkan bungkam dan tak bersuara apapun.
Pemakzulan Yoon terjadi pada Sabtu (14/12/2024). Hal tersebut terjadi setelah opsi serupa pernah diajukan sepekan sebelumnya namun gagal karena tidak memenuhi kuorum.
Hingga Minggu (15/12/2024) pagi waktu setempat, tidak ada media Korut yang melaporkan soal pemakzulan Yoon, termasuk surat kabar utama Rodong Sinmun dan Kantor Berita Pusat Korea KCNA.
Korut juga sempat memilih bungkam saat Yoon mengumumkan darurat militer pada 3 Desember 2024 lalu. Keputusan tersebut akhirnya dibatalkan beberapa jam kemudian.
Media Korut baru memberitakan soal deklarasi darurat militer seminggu setelah pengumumannya, yakni pada 11 Desember 2024.
Padahal, Pyongyang langsung bereaksi ketika Presiden Park Geun Hye mengalami nasib serupa saat digulingkan pada 2016 lalu.
The Korea Herald menuliskan bungkamnya Korut kemungkinan sebagai tanda negara itu menjauhkan diri dari Korsel. Keputusan tersebut sesuai dengan deklarasi hubungan dua negara yang bermusuhan.
Setelah pemakzulan, jabatan presiden Korsel diambil alih Perdana Menteri Han Duck-soo untuk sementara. Ia merupakan nama lama dalam kepemimpinan di Negeri Ginseng.
Han, yang berusia 75 tahun, telah menjabat di lingkungan pemerintahan Korsel selama lebih dari tiga dekade di bawah lima presiden yang berbeda, baik yang konservatif maupun liberal.
Jabatannya meliputi duta besar untuk AS, menteri keuangan, menteri perdagangan, sekretaris presiden untuk koordinasi kebijakan, duta besar untuk OECD, kepala berbagai lembaga pemikir dan organisasi, hingga perdana menteri.