Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB, Muhammad Lukman Edy menjadi sorotan publik usai dirinya dipanggil oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terkait panitia khusus (pansus) yang ingin mengembalikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke tangan NU.
Lukman sempat membeberkan sejumlah fakta soal ‘buruknya’ kepemimpinan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dalam mengelola PKB. Bahkan Lukman menyebut tata kelola keuangan PKB tidak transparan dan tidak akuntabel dibawah kepemimpinan Cak Imin.
“Saya bilang, saya jujur saja, saya katakan bahwa hal yang paling substansial di internal PKB itu adalah tata kelola keuangan yang tidak transparan dan tidak akuntabel, keuangan fraksi, keuangan dana Pemilu, Pileg, Pilpres sampai sekarang dana Pilkada itu tidak transparan dan tidak akuntabel,” ucap Lukman di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).
Selain itu, Lukman juga menyebut Cak Imin telah sengaja menghilangkan kewenangan dan peran para kiai NU yang tergabung dalam Dewan Syuro PKB.
Profil Lukman Edy dan Sepak Terjang Politiknya
Lukman Edy memiliki karier politik yang moncer. Pasalnya pria kelahiran Teluk Pinang, Riau, 26 November 1970 ini sudah menempati puncak karier politik tertinggi di usia muda.
Dia menjadi Menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) tahun 2007. Masuknya Lukman Edy dalam kabinet Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menggantikan posisi Saifullah Yusuf atau Gus Ipul pada Reshuffle Ke-2 tanggal 9 Mei 2007.
Lukman juga mendapatkan predikat sebagai Menteri termuda pada saat itu. Predikat ‘yang termuda’ selalu disandang Lukman Edy sejak dia memulai karier organisasi di bangku kuliah di Universitas Brawijaya dulu.
Dia masuk senat mahasiswa ketika baru menapaki semester I. Sementara yang lain biasanya baru terlibat saat sudah semester IV, V, atau VI.
Karier politik Lukman juga moncer di usia muda. Ketika reformasi baru bergulir, alumni Universitas Padjajaran (program S2) ini langsung menjadi anggota DPRD Riau. Padahal waktu itu umurnya belum genap 28 tahun. Setahun kemudian Lukman langsung menjadi Ketua DPW PKB Riau.
Dengan jabatan tersebut, Lukman menjadi politikus atau kader PKB termuda yang memegang jabatan penting.
![Lukman Edy](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/07/Lukman_Edy_1a122bba82.webp)
Saat Muhaimin Iskandar (Cak Imin) terpilih sebagai Ketua Umum PKB di Muktamar tahun 2005, Lukman ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen). Jabatan itu sangat berat bagi Lukman karena belum mengenal peta dan dinamika politik di Jakarta.
Setahun menjadi Sekjen PKB, nama Lukman masuk nominasi calon Menteri saat reshuffle tahap pertama. Dia mendapatkan tawaran masuk dalam KIB pemerintahan SBY. Tak hanya Lukman, sejumlah tokoh lainnya seperti Erman Suparno, Effendi Choiri juga masuk dalam nominasi calon menteri.
Namun karena dinamika politik yang terjadi saat itu dan faktor usia yang masih muda, Lukman akhirnya batal masuk kabinet. Peluang menjadi menteri akhirnya terbuka ketika ada reshuffle tahap kedua. Lukman Edy terpilih menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (sekarang Kemendes PDT) menggantikan Syaifullah Yusuf yang pindah haluan politik ke PPP.
Maju Jadi Calon Gubernur Riau
Pada Pilkada Serentak 2018 lalu, Lukman ikut meramaikan pertarungan di Pilgub Riau. Ini adalah pengalaman pertama Lukman bertarung di tanah kelahirannya.
Saat itu terdapat tiga pasangan calon, dan Lukman Edy berpasangan engan Hardiono yang memperoleh nomor urut 2. Dalam pertarungan tersebut Lukman harus menerima kenyataan karena kalah dari pasangan Syamsuar dan Edy Nasution. Lukman-Hardiono hanya memperoleh 311.711 suara atau 16,05 persen. Sedangkan Syamsuar-Edy Nasution meraup 764.378 suara atau 39,35 persen.