Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo akhirnya memilih untuk mengerek naik suku bunga acuan atau BI 7 Day Reserve Repo Rate (BI 7 DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen. Ini kategori suku bunga tinggi.
1. Cicilan Naik
![kartukredit.jpeg](https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/kartukredit_692dea1caf.jpeg)
Bagi yang masih punya utang ke bank, atau kartu kredit dari perbankan, jangan kaget jika cicilan bengkak, alias bertambah.
Demikian pula cicilan untuk pembelian barang, misalnya motor, mobil, smartphone dan barang konsumtif lainnya dari lembaga keuangan nonbank, ikut naik. Atau aplikasi pinjaman online termasuk paylatter, naik juga.
Semua yang namanya cicilan utang, bakal naik. Sementara gaji atau penghasilan tidak naik. Ini bikin mumet dan berat.
2. KPR Naik
![KPR.jpg](https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/KPR_e442a6bd70.jpg)
Yang masih punya tanggungan cicilan rumah atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR) khususnya yang berskema floating rate, harus mengelus dada. Karena cicilan KPR-nya kemungkinan naik hingga 3 persen. Isi dompet pun cepat amblas.
3. Harga Barang Naik
![mal sepi.jpg](https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/mal_sepi_bb56f5756e.jpg)
Keputusan BI menaikkan suku bunga acuan, membuat berat pengusaha. Karena bunga kredit untuk korporasi bakal naik.
Tentu saja pengusaha tak mau menanggung rugi. Pilihannya masih ada yakni menaikkan harga produknya. Dampaknya, banyak pusat perbelanjaan atau mal, bahkan pasar tradisional menjadi sepi pembeli.
4. Daya Beli Turun
![pasarsepi1.jpg](https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/pasarsepi1_dacaad2d84.jpg)
Kenaikan harga barang yang dipantik kenaikan suku bunga acuan membuat daya beli masyarakat turun. Konsumen harus menerapkan belanja ketat. Atau pengetatan ikat pinggang.
Barang-barang yang tidak penting atau mendesak, tidak akan dibeli. Tak lagi memilih barang dengan melihat kualitas. Yang penting terjangkau langsung bungkus. Perilaku konsumtif masyarakat menurun.
5. Lupakan Piknik
![wisataBromo.jpeg](https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/wisata_Bromo_0a1baf7fa6.jpeg)
Kenaikan suku bunga acuan bisa saja berdampak turunnya minat masyarakat untuk berwisata alias plesiran. Karena mereka akan memilih untuk saving ketimbang hal-hal yang dipandang hanya buang-buang uang.
Padahal, piknik tujuannya positif yakni membangun kualitas hidup. Agar tidak terlalu stres menhadapi rutinitas kerja.
6. Perusahaan Tutup
![Tekstil.jpg](https://i2.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/Tekstil_828ebac7bd.jpg)
Bagi perusahaan yang keuangannya sedang tidak baik-baik saja, bebannya semakin berat manakala BI menetapkan suku bunga acuan tinggi.
Tak kuat menyangga biaya operasional, awalnya mengurangi jam kerja. Lama-lama, perusahaan bisa tutup yang berdampak kepada pengangguran.
7. Ekspansi Industri Tertunda
![ekspansiBisnis1.jpg](https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2024/04/ekspansi_Bisnis1_e477d30db7.jpg)
Kenaikan suku bunga acuan membuat industri menunda rencana ekspansi bisnisnya. Yang paling kena getahnya adalah sektor riil. Alih-alih muncul lapangan kerja baru. Yang ada justru pengurangan tenaga kerja alias PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).