Publik kembali dibuat mengelus dada. Jeratan pinjaman online (pinjol) kembali memakan korban jiwa. Terbaru menimpa satu keluarga di Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) diduga mereka bunuh diri bersama karena terlilit utang pinjol.
Kapolsek Ciputat Timur Kompol Kemas M.S Arifin menuturkan bahwa sebelum ditemukan tewas, korban bunuh diri pernah bercerita bahwa suaminya memiliki utang pinjaman online alias pinjol.
“Dalam peristiwa tersebut belum diketahui motif bunuh diri yang melibatkan satu keluarga,” kata Kompol Kemas M.S. Arifin, Senin (16/12/2024).
Daftar Kasus Bunuh Diri karena Pinjol
Selain kasus di Tangerang Selatan, kasus bunuh diri sekeluarga juga terjadi di Kediri, Jawa Timur. Hanya saja dalam kasus di Kediri, 3 orang berhasil selamat. Sementara anak yang masih di bawah umur 5 tahun meninggal karena dipaksa orang tuanya menenggak racun tikus.
Kasus serupa juga terjadi di beberapa daerah lainnya, berikut penjabarannya yang dihimpun dari berbagai sumber:
1. Sekeluarga Lompat dari Apartemen di Penjaringan
Pada Maret lalu, empat anggota keluarga yakni EA (50) sebagai kepala keluarga, AEL (52) istri EA dan dua anaknya yang masing-masing berinisial JL (15) dan JWA (13) melakukan aksi bunuh diri dengan lompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan Tower Topas Penjaringan Jakarta Utara
Muncul dugaan bahwa kasus ini disebabkan oleh utang pinjol. Hanya saja hingga kini belum diketahui pasti motif itu terkait utang atau hal lainnya.
Namun demikian, Kapolsek Metro Penjaringan, Kompol Agus Ady Wijaya sempat mengatakan bahwa pihaknya kini tengah mendalami motif tersebut dan mencari sejumlah alat bukti yang dapat menguatkan. “Masih didalami ke arah sana,” tuturnya di Jakarta, Minggu (10/3/2024).
2. Ibu Muda di Lombok Gantung Diri
Seorang ibu rumah tangga berinisial SAR (26) ditemukan tewas tergantung di dalam rumahnya menggunakan tali nilon, pada September lalu.
Di TKP, telah ditemukan tulisan korban yang menyatakan tidak sanggup dengan utang hingga akhirnya melakukan bunuh diri.
Dalam hal ini, Kapolsek Jerowaru melalui Kasi Humas Polres Lotim Iptu Nikolas Oesman menduga bahwa aksi bunuh diri itu dipicu akibat stres terlilit pinjol.
“Dugaan sementara, korban akhiri hidupnya dengan cara gantung diri, karena stres di lilit hutang piutang online,” ujar Nikolas.
3. Keluarga di Kediri Berupaya Bunuh Diri
Terjadi upaya percobaan bunuh diri di Kediri, Jawa Timur. Tragedi ini diduga akibat jeratan pinjol, Selasa (17/12/2024). Anak berinisial MNP (8), korban selamat dari percobaan bunuh diri.
Sementara orang tuanya, Danang (31) dan Aminatun (29), dirawat intensif di ruang ICU RS SLG Kediri. Peristiwa percobaan bunuh diri ini juga merenggut nyawa adik MNP berinisial MRS (2) yang meninggal setelah diduga mengonsumsi susu bercampur racun tikus.
Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Fauzy Pratama mengatakan percobaan bunuh diri ini dipicu oleh Aminatun yang merasa tertekan lantaran memiliki utang pinjol dan diteror oleh orang tidak dikenal.
Teror tersebut tersebut terus berlanjut meskipun Aminatun telah menghapus nomor peneror. Dia pun kemudian sempat meminta pertolongan kepada kerabatnya untuk membantu melunasi utang pinjolnya, tapi usahanya gagal.
DPR Minta Keseriusan Pemerintah
Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal menyoroti banyaknya kasus bunuh diri akibat terjerat pinjaman online (pinjol). Menurutnya, pemerintah belum memiliki political will atau komitmen dalam menyelesaikan masalah pinjol yang telah menelan banyak nyawa.
“Pinjol ini sudah bukan lagi hanya sebagai masalah financial tetapi juga telah merusak berbagai sendi kehidupan, termasuk sosial ekonomi masyarakat. Tidak sedikit orang yang bunuh diri akibat terjerat pinjol,” kata Cucun, Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Cucun mengaku heran dengan banyaknya kasus kasus bunuh diri tak kunjung membuat hati pemerintah tergerak untuk segera menertibkan pinjol. Dia menyebut masalah pinjol bisa merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.
“Kasus pinjol bisa menghilangkan nyawa ini seharusnya menjadi tamparan untuk pemerintah dan penegak hukum agar lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Maraknya penggunaan pinjol, kata Cucun, bukti bahwa peran negara untuk membantu masyarakat masih sangat minim. Pemerintah, dianggap gagal menghadirkan kredit sehat bagi masyarakat sebagai alih-alih menggunakan pinjol yang memiliki bunga cukup tinggi.
“Miris sekali melihat hal tersebut, kemana pemerintah saat rakyat banyak terjerat pinjol. Bahkan profesi guru sebagai profesi teladan menjadi yang paling banyak terkena pinjol. Ini membuktikan masih beratnya kehidupan ekonomi masyarakat kita,” ucapnya.
Politikus Partai Kebangkitan Indonesia (PKB) ini pun meminta pemerintah menyelesaikan masalah pinjol dari hulu ke hilir. “Saat masyarakat terjamin kesejahteraan sosial dan ekonominya, kita yakini fenomena pinjol ini bisa diminimalisir. Dan pastikan penegakan hukumnya bagi para fasilitator pinjol ilegal harus tegas,” tuturnya.
“Pinjol ini sudah menjadi masalah riskan yang mengancam ketahanan hidup bangsa, bahkan mengancam nyawa rakyat. Entah yang bunuh diri, atau korban judol menjadi pelaku kejahatan. Pemerintah harus tegas memberantasnya,” kata Cucun melanjutkan.