Hangout

Inilah Tiga Desa Wisata Wakil Indonesia di Ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021

Tiga desa wisata di Indonesia siap beradu dengan desa di belahan dunia pada ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021. Penasaran apa saja?

Tiga desa wisata di Indonesia itu antara lain Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY Yogyakarta; Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat; dan Desa Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Saingannya pun cukup berat dan sudah terkenal secara global, antara lain Murcia (Cehegin), Spanyol; Alonissos, Westerb Samos, dan Soufli yang mewakili Yunani; serta desa wisata dari Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan masih banyak lagi.

“Mudah-mudahan ini menjadi langkah kita bersama dalam menjadikan desa wisata di Indonesia sebagai pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangannya dikutip di Jakarta, Rabu, (03/11/2021).

Lantas bagaimana rupa dari tiga desa wisata yang mewakili Indonesia itu? Berikut adalah keunggulan yang dimiliki ketiga destinasi pariwisata itu.

1. Desa Wisata Nglanggeran

Desa Wisata Nglanggeran. Terletak di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul, DIY, tepatnya di kawasan Gunung Api Purba menjadi daya tarik terbesar dari desa wisata ini.

Gunung Api Purba sendiri adalah bagian dari Geopark Gunung Sewu (geopark yang diakui oleh dunia).

Untuk menikmati kemegahan Gunung Api Purba, wisatawan bisa tracking dengan menaiki 100 anak tangga.

Setibanya di atas, pengunjung bisa melihat gunung api purba yang membentang luas dengan keunikan bongkahan-bongkahan batu. Pengunjung bisa melihat pemandangan utuh geosite serta melihat keunikan Kampung Pitu. Ini adalah satu kampung yang hanya boleh diisi 7 keluarga.

Selain itu, terdapat pula Embung Nglanggeran. Objek wisata yang merupakan tampungan air seluas 0,34 hektare ini digunakan sebagai pengairan kebun warga.

Desa Wisata Nglanggeran juga kaya dengan potensi seni dan budaya yang masih tetap terjaga kelestariannya. Diantaranya Tarian Reog Nglanggeran, GejogLesung, Jathilan, Kenduri, Karawitan, dan Festival Kirab Budaya.

Ada pula potensi ekonomi kreatif seperti kerajinan batik topeng, olahan spa, dan deretan kuliner. Desa Wisata Nglanggeran juga memiliki batik tulis motif gunung Api Purba dan cokelat, batik jumputan menggunakan kelereng dan batu, serta batik eco print yang memanfaatkan daun jati, papaya, singkong, dan kenikir.

2. Desa Wisata Tetebatu

Wisata alam di Desa Wisata Tetebatu menjadi magnet pemikat bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi kawasan yang berada lembah Gunung Rinjani ini.

Dari Desa Wisata Tetebatu wisatawan bisa melihat pemandangan Gunung Sangkareang dan Gunung Rinjani.

Selain indahnya hamparan sawah terasering, yang paling menggoda dari desa ini adalah dua air terjunnya, yakni air terjun Sarang Walet atau Bat Cave dan air terjun Kokok Duren.

Kemudian wisatawan juga bisa mengunjungi Hutan Monyet, di sini pengunjung bisa melihat monyet hitam endemik asli Tetebatu.

Bagi yang hobi tracking, Desa Wisata Tetebatu juga mempunyai tempat jalan-jalan yang menyehatkan jiwa dan raga yakni di kebun kopi, cokelat, vanili, dan cengkeh milik masyarakat. Bahkan wisatawan pun bisa ikut menanam bibitnya, jika musim tanam sedang berlangsung.

Dengan mengunjungi Tetebatu, pengunjung juga bisa mendapatkan pengalaman berwisata religi dengan melihat peninggalan bersejarah berupa Alquran kuno yang sudah berusia 200 tahun. Alquran yang terbuat dari bahan kayu dan kulit onta ini konon katanya merupakan asli tulisan tangan.

Alquran kuno ini, disimpan di sebuah rumah yang disebut bale kemaliq di Dusun Tete Batu Lingsar, Kecamatan Sikur. Alquran tersebut, kini diwariskan kepada Jinarim alias Sukirman yang mengaku mendapatkan benda bersejarah itu dari kakeknya secara turun-temurun.

3. Desa Wae Rebo

Desa Wae Rebo ini sering disebut sebagai surga di atas awan, karena letak desa yang berada di atas ketinggian 1.000 mdpl. Tidak heran jika pemandangan yang disuguhkan begitu memukau, layaknya lukisan.

Untuk bisa sampai ke tempat ini memang tidaklah mudah karena letaknya yang di atas gunung. Pengunjung perlu tracking menyusuri jalan setapak, membelah hutan hingga menyusuri sungai sejauh 6 kilometer.

Wisatawan harus mempersiapkan kondisi tubuh yang bugar, karena di mulai awal pendakian, langsung disuguhkan dengan tanjakan yang tiada henti. Namun, setibanya di Desa Wae Rebo, rasa lelah itu terbayar.

Hal pertama yang menjadi perhatian wisatawan adalah tujuh rumah adat yang menjadi ikonik dari Desa Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut. Selain itu, hamparan rumput hijau, yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera.

Berbagai acara adat pun juga selalu dilakukan setiap tahunnya. Seperti upacara persembahan untuk roh yang menghuni tempat Wae Rebo yang dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada Juni dan Oktober 2021. Selain itu, ada upacara pernikahan dan upacara kelahiran.

Dengan eksotisme alam dan budaya Desa Wae Rebo, maka tidak heran jika mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Agustus 2012.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button