Hangout

INILAHREWIND: KLB Polio Indonesia jadi Sorotan WHO

inilahrewind:-klb-polio-indonesia-jadi-sorotan-who

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di Indonesia mendapat perhatian khusus dari WHO. Pada 19 Desember 2022, WHO resmi mengeluarkan Diseases Outbreak News tentang KLB Polio di Indonesia, dengan judul Circulating vaccine-derived poliovirus type 2 (cVDPV2) – Indonesia.

“Dituliskan secara rinci apa yang terjadi di Pidie, Aceh dan tindakan yang sudah dilakukan sejauh ini. Keadaan dinyatakan sudah bersirkulasi di masyarakat, makanya ada “c” di depan VDVP2 yaitu virus penyebab KLB ini,” papar Tjandra Yoga Aditama kepada Inilah.com, ditulis di Jakarta, Rabu, (28/12/2022).

Masih menurut Tjandra Yoga, ada dua alasan kenapa disebut sudah bersirkulasi dan menular di masyarakat. Pertama karena ada beberapa kasus yang sample-nya diperiksa ternyata saling berhubungan secara genetik (genetically related isolates).

Kemudian yang kedua ternyata hasil dari laboratorium sekuensing dari Biofarma menunjukkan perubahan 25 nukloetida untuk pasien dengan kasus lumpuh layu AFP (acute flaccid paralysis) serta perubahan nukleotida 25 dan 26  pada kasus yang tidak bergejala atau asimtomatik.

Tjandra Yoga menjelaskan, yang menarik dan perlu segera ditindak lanjuti setidaknya melalui diplomasi kesehatan internasional, adalah anjuran WHO yang tertulis dalam WHO advice di dokumen tentang Indonesia beberapa hari lalu.

Dia menambahkan, secara jelas disebutkan oleh WHO berdasar rekomendasi dalam pernyataan PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) bahwa negara yang ada kasus importasi cVDPV2 yang sudah bersirkulasi dalam bentuk transmisi lokal harus:

1. Menyatakan KLB sebagai masalah kegawatan kesehatan nasional, national public health emergency, dan

2. “Menganjurkan penduduk kita (dan juga orang asing yang lama tinggal di sini) untuk mendapatkan vaksin polio injeksi (IPV) 4 minggu sampai 12 bulan sebelum bepergian ke luar negeri,” tambahnya.

Ke dua hal ini masih menurut Tjandra Yoga, tentu punya dampak yang luas jika memang akan diberlakukan, karena itu, sejak saat ini harus dicari jalan keluar terbaiknya.

“Berbagai kemungkinan dampaknya perlu diantisipasi sejak hari-hari ini dan potensi yang merugikan perlu dicegah agar jangan sampai terjadi. Artinya, penanganan epidemiologik di lapangan perlu berjalan bersama diplomasi kesehatan internasional,” papar Mantan DirJen Pengendalian Penyakit dan Mantan Kepala Balitbangkes itu.

Temuan kasus setelah 8 tahun Indonesia bebas dari Polio

Setelah kurang lebih 8 tahun Indonesia bebas dari polio, pada 6 Oktober 2022 Indonesia dikagetkan dengan temuan satu kasus di Pidie, Aceh. Adanya kasus polio di Pidie, Aceh tersebut membuat pemerintah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Ada tiga langkah atasi KLB polio untuk selamatkan anak bangsa.

Awalnya, pemerintah Kabupaten Pidie mengungkap ada satu pasien yang mengalami gejala demam. Menghadapi kasus polio, pemerintah harus bergerak cepat agar tidak ada lagi anak bangsa yang terjangkit virus tersebut.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan status KLB untuk penyakit polio memang akan ditetapkan meski hanya ada temuan satu kasus.

Masih menurut Maxi, pasien yang ditemukan di Aceh mengalami pengecilan di bagian paha dan betis. Kemudian, pasien tersebut saat ini mengalami kondisi berjalan meskipun tertatih-tatih.

“Anak itu mengecil di bagian otot, paha, dan betis, dan memang tidak ada riwayat imunisasi. Tidak memiliki riwayat perjalanan, kontak, dan ada perjalanan ke luar, enggak ada,” papar Maxi saat temu media virtual Kejadian Luar Biasa polio di Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.

Maxi menjelaskan pasien tersebut akan mendapatkan perawatan fisioterapi guna memepertahankan massa ototnya.

“Kalau melihat kondisinya, kemarin saya lihat jalan sekalipun masih tertatih-tatih. Cuman memang, tidak ada obat. Nanti tinggal difisioterapi untuk mempertahankan massa ototnya,” tambahnya.

Maxi juga menyebut, Indonesia telah mendapatkan sertifikasi eradikasi polio pada 2014.

Artinya, dengan ada satu temuan kasus di Aceh kini, polio dinyatakan sebagai KLB. Terlebih, jenis virus yang ditemukan pada pasien di Aceh adalah polio tipe 2, mengacu pada sequencing di laboratorium Biofarma.

“Jadi satu kasus itu harus dinyatakan KLB karena Indonesia sudah menyatakan eradikasi, tapi ternyata masih ada virus polio liar yang ada. Apalagi tipe 2. Tipe 2 ini dianggap sudah tereradikasi,” tegas Maxi.

Virus polio ditemukan berasal dari feses

Perkembangan kasus polio di Indonesia hingga saat ini terdapat tiga anak dengan hasil pemeriksaan lab dari sample fesesnya ternyata positif virus polio tipe 2.

Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Endang Budi Hastuti menyebut virus polio yang terdapat di Pidie, Aceh terdeteksi pada feses tiga anak yang terkena virus polio.

”Sekarang jadi tiga anak ya, kami periksa laboratorium ternyata positif polio tipe 2. Kami ambil dari feses anak yang awalnya sehat,” kata Endang saat temu media expert, Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Endang menyampaikan telah mengambil sample pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun guna pemeriksaan kasus polio ini. Dengan pemeriksaan tersebut, bertujuan untuk mengidentifikasi transmisi di tempat tinggal kawasan anak yang terjangkit polio.

“Jadi kenapa anak-anak ini diambil samplenya karena memang rekomendasi dari WHO jika ditemukan kasus polio, anak-anak di bawah 5 tahun, yang tinggal di sekitar tempat tinggal tersebut dilakukan pengambilan sample fesesnya untuk pemeriksaan. Tujuannya untuk mengidentifikasi adanya transmisi di lingkungan sekitar, tempat tinggal kasus tersebut,” tambah Endang.

Masih menurutnya, Indikasi dari pengambilan sample tersebut dalam konteks KLB dimana dicurigai adanya transmisi masyarakat.

Endang menjelaskan, sample yang diambil dari feses anak-anak sehat di lingkungan sekitar temuan kasus polio.

“Sample yang diambil adalah anak-anak yang di bawah usia 5 tahun yang bukan kontak erat dengan kasus itu. Anak-anak yang sehat kemudian tanpa adanya gejala lumpuh layuh akut dan beraasal dari lingkungan yang sama dengan kasus tersebut,” tambahnya.

Kasus polio ada karena imunisasi tidak lengkap dan BAB sembarangan

Endang mengaku terjun langsung ke rumah tiga anak yang terdeteksi virus polio. Dia menjelaskan, dua anak berusia 1 tahun 11 bulan status imunisasi polionya lengkap OPV sudah empat kali namun belum IPV.

“Kemudian, anak usia 5 tahun status imunisasi juga tidak lengkap. Hanya imunisasi OPV dua kali belum IPV dan kondisinya saat ini tidak ada keluhan, kebiasannnya, (Buang Air Besar) BAB-nya kadang di WC umum kadang di kebun. Jadi memang kurang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),” paparnya.

Menurutnya, perilaku BAB yang sembarangan dan belum memiliki jamban menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dengan baik agar virus tidak banyak berkembang.

“Karena perilaku masyarakat di situ yang masih BAB di sembarang tempat. Belum ada jamban jadi masih di sekitar tempat tinggalnya. Untuk kebiasannya masih kurang karena mereka memakai popok satu kali pakai yang dibuang ke sungai,” tambahnya.

Tiga langkah pemerintah atasi KLB polio

Sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh. Untuk itu Pemerintah gencarkan upaya Imunisasi.

”Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi COVID-19,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, baru-baru ini.

Adapun pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh berdasarkan penelusuran RT-PCR. Sehingga kemudian pemerintah Kabupaten Pidie menerapkan Kejadian Luar Biasa Polio tingkat Kabupaten Pidie.

Pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Anak mulai merasa demam di tanggal 6 Oktober kemudian tanggal 18 Oktober masuk RSUD TCD sigil. Pada tanggal 21 sampai 22 Oktober dokter anak mencurigai polio dan mengambil dua spesimen dan dikirim ke provinsi. Kemudian tanggal 7 November hasil RT-PCR keluar hasil konfirmasi polio tipe 2.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, mengambil langkah-langkah untuk atasi KLB polio tersebut. Berikut rinciannya:

1. Penyelidikan epidemiologi untuk atasi KLB polio

Dari penyelidikan epidemiologi, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, didapati faktor perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang.

Masih ada penduduk yang menerapkan BAB terbuka di sungai. Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk termasuk tempat bermain anak-anak.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Kementerian Kesehatan, WHO, dan Unicef sudah melakukan sejumlah tindakan penting termasuk melakukan pelacakan untuk mencari kasus lumpuh layuh lain di sekitar tempat tinggal kasus, pengambilan sampel tinja di wilayah terdampak untuk dilakukan pemeriksaan, dan memeriksa sampel air di tempat pembuangan dan survei cepat cakupan imunisasi.

2. Melakukan pencegahan penularan dan edukasi

Selanjutnya dilakukan tindakan pencegahan penularan lebih luas dengan meningkatkan notifikasi nakes dan faskes untuk mendeteksi adanya kasus lumpuh layuh lain, untuk segera ditindaklanjuti secara medis maupun epidemiologis.

Melakukan edukasi dan penggerakkan masyarakat untuk mencegah penularan virus polio mengenai pentingnya imunisasi rutin bagi anak, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama perilaku BAB di jamban.

3. Meningkatkan pemberian imunisasi polio

Kemudian akan dilakukan pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh sebanyak 2 putaran yang direncanakan akan dimulai pada tanggal 28 November 2022.

Penyakit polio sangat berbahaya bagi anak karena menyebabkan kelumpuhan dan tidak ada obatnya, namun mudah dicegah dengan imunisasi polio lengkap dan imunisasi rutin.

Pencegahan juga dilakukan dengan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti BAB di jamban yang sesuai standar, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air matang untuk makan dan minum.

Kasus polio yang muncul pada 2022 ini menjadi catatan kelam dunia kesehatan Indonesia. Masyarakat harus terus waspada agar kesehatan anak tetap terpantau dengan baik, begitu pun pemerintah punya pekerjaan rumah yang tidak mudah.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button