Market

Intip Bisnis Low Tuck Kong, Orang Terkaya di Indonesia dengan Aset Rp500 T

Posisi Hartono bersaudara yakni Budi Hartono dan Michael Hartono resmi terdepak oleh kekayaan Low Tuck Kwong. Nama para bos Grup Djarum yang telah bertengger selama belasan tahun itu pun tersingkir.

Merujuk pada data Real-Time Billionaires dari Forbes, dikutip Selasa (27/12/2022), bos perusahaan batubara itu menempati posisi teratas dalam pencarian orang terkaya di Indonesia. Bahkan namanya menjadi orang terkaya nomor 1 di Indonesia.

Pengusaha batu bara yang merupakan pendiri Bayan Resources memiliki kekayaan bersih US$ 31,5 miliar atau Rp500,216 triliun (kurs Rp15.600). Sementara kekayaan Hartono bersaudara yaitu Budi Hartono sebesar US$ 22,4 miliar dan Michael Hartono sebesar US$ 21,5 miliar.

Dalam daftar tersebut, ia menempati urutan ke-40 orang terkaya di dunia, yang sebelumnya berada di ranking 52 orang terkaya di dunia.

Low Tuck Kwong
Inilah kekayaan Low Tuck Kwong yang terpantau melalui situs Real-Time Billionaires List Forbes, Selasa (27/12/2022) pukul 16.49 WIB. Tangkap Layar: Inilah.com/Aan Afriangga.

Lantas, apa saja bisnisnya sehingga mampu mendepak Hartono bersaudara itu yang telah bercokol di data tersebut selama belasan tahun?

Dikenal sebagai raja batu bara, Low Tuck Kwong kelahiran Singapura adalah pendiri Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.

Dia juga mengendalikan perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy, yang sebelumnya dikenal sebagai Manhattan Resources dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.

Low mendukung SEAX Global, yang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Low bekerja untuk perusahaan konstruksi ayahnya di Singapura saat remaja dan kemudian pindah ke Indonesia pada tahun 1972 untuk mendapatkan kesempatan yang lebih besar.

Low berkembang sebagai kontraktor bangunan tetapi mendapatkan jackpot setelah membeli tambang pertamanya pada tahun 1997.

Seperti dilansir laman Bayan Resources, Low pada tahun 1973 mendirikan PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) sebagai kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan. JSI dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks, dan kontraktor terkemuka di Indonesia dalam bidang-bidang di atas dan tetap demikian selama tahun 1980 dan 1990-an.

Pada tahun 1988, JSI memasuki kontrak penambangan batubara dan merupakan kontraktor penambangan terkemuka hingga tahun 1998, saat Low mengakuisisi PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP). Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batubara Balikpapan (di bawah DPP) memiliki kapasitas pengenal 2,5 juta ton per tahun.

Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara. Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.

Masih menurut laman Bayan Resources, dalam beberapa tahun terakhir proyek Tabang/Pakar telah berkembang dari operasi pertambangan skala kecil yang hanya memproduksi 1,9 juta ton pada tahun 2014 menjadi produksi sekitar 22,7 juta ton pada tahun 2018. Dan menjadi 5 besar produsen batubara Indonesia.

Pertumbuhan lebih lanjut direncanakan di tahun-tahun mendatang dengan target untuk meningkatkan Proyek Tabang/Pakar menjadi produksi sekitar 50 juta ton per tahun.

Bayan Group yang didirkan Low juga memiliki infrastruktur batu bara dengan kepemilikan di Terminal Batu Bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana dan dua Floating Transfer Barges (KFT). Dengan fasilitas ini perusahaan membongkar hingga memasukkan muatan ke kapal dengan kecepatan 3.000-8.000 ton per jam. Perusahaan akan terus berinvestasi untuk memperluas fasilitas jika diperlukan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button