Jejak digital memang sulit hilang. Cuitan dua kandidat gubernur Jakarta di masa lalu yang dianggap seksi dan merendahkan perempuan menjadi sorotan publik termasuk media asing. Apa saja cuitannya?
Tak lama setelah dua kandidat, yakni mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung didaftarkan Pilkada, para netizen mulai menggali dan membagikan cuitan lama mereka, yang beberapa di antaranya telah dihapus. Media berbasis di Singapura Channel News Asia (CNA) ikut menyoroti ramainya cuitan seksi kedua sosok ini.
Pada bulan November 2010, Pramono rupanya pernah mengunggah sebuah tweet yang membandingkan alat penghitung informasi dengan payudara. “Kesamaan antara alat penghitung dan payudara: kalau mau tahu, intip saja, #justrelax ah,” tulisnya di Twitter, platform media sosial yang kini dikenal sebagai X.
Sebulan sebelumnya pada Oktober 2010, ia disebut-sebut telah membuat permainan kata dalam Bahasa Indonesia – lagi-lagi merujuk pada payudara – saat mencuit bahwa ia berharap dapat menghindari kemacetan lalu lintas dalam perjalanan dari Bandung menuju Jakarta.
Ia menyebutkan, berharap untuk menghindari “pamer susu montok”, sebuah frasa yang merujuk kepada perempuan dengan buah dada yang besar tetapi juga merupakan singkatan dari “padat susul menyusul mobil rontok”, yang merujuk kepada kemacetan lalu lintas. “#justrelax ah,” Pramono menambahkan tag dalam tweet-nya. Tahun berikutnya, ia mengunggah twit lain tentang wanita berpakaian seksi.
Pramono adalah kandidat gubernur Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai politik terbesar di negara ini. Ia akan berhadapan dengan Ridwan Kamil, yang pencalonannya didukung koalisi 15 partai politik, termasuk Gerindra milik presiden terpilih Prabowo Subianto. Kedua pasangan ini juga akan bersaing dengan kandidat independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Ridwan Kamil juga mendapat sorotan yang sama dengan Pramono karena cuitannya yang tidak pantas di masa lalu. Pada tahun 2010, ia tampaknya membuat permainan kata, menyiratkan bahwa DPR, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, merupakan singkatan dari “Dada Paha Rata” atau wanita dengan dada rata dan paha kecil.
Dalam dua cuitan lain di tahun yang sama, ia melontarkan plesetan “pamer susu” yang sama seperti Pramono saat terjebak kemacetan di Jakarta, dan mengunggah tentang praktik mengintip rok teman-teman perempuannya menggunakan cermin. “#ketikadisekolahdasar mengintip rok menggunakan serutan pensil dengan cermin,” tulisnya dalam tweet terakhirnya.
Tahun berikutnya, RK juga dikabarkan membuat cuitan seksi lagi. “Tips Perbankan: Sebelum membuka rekening, lihat dulu ukuran dada petugas layanan nasabah Anda. Kalau terlalu besar, curiga deh. Langsung pindah ke bank lain,” tulisnya, masih mengutip CNA.
Netizen pun menyebarkan tangkapan layar cuitan mereka dan mengecam kedua pria itu. “Di Pilkada Jakarta ini, orang-orang mesum kumpul-kumpul,” komentar salah satu netizen.
Menanggapi reaksi keras tersebut, Pramono tidak menyesalinya dan mengatakan bahwa sekitar tahun 2010, banyak orang menggunakan Twitter untuk mengunggah lelucon. “Saya pakai #justrelax dan itu semua tentang candaan dan saya yakin semua orang di generasi itu melakukan hal yang sama. Jadi itu yang terjadi waktu itu,” kata Pramono pada Rabu, (28/8/2023), ungkap CNA mengutip sebuah media nasional.
“Apakah saya menyesal melakukan itu? Tidak, karena saya tidak pernah menghujat siapa pun, merendahkan siapa pun,” imbuh Pramono yang menjabat sebagai Sekretaris Kabinet di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Di sisi lain, Ridwan Kamil menghadapi kritik tambahan atas cuitannya yang lain pada tahun 2010 yang menyebut parlemen sebagai “Dewan Penipu Rakyat #DPR”, yang berarti “dewan tipu daya rakyat”.
Cuitan itu baru-baru ini diunggah ulang oleh aktor Fedi Nuril yang berkomentar, “Dear @ridwankamil. Ternyata kamu visioner. Gimana rasanya ikutan bersaing di pemilu ala Dewan Tipu Daya Rakyat?”
RK telah menyatakan penyesalannya atas cuitannya di masa lalu dan meminta netizen untuk melupakannya. Cuitan tersebut dibuat sebelum ia menjadi pejabat publik dan menggunakan platform tersebut dengan lebih bebas, katanya.
“Sebagaimana sifat platform ini, saya mengekspresikan diri saya dengan bebas. Terkadang penuh dengan kritik pedas, terkadang sarkastik, sering kali dengan nada mengejek,” tulisnya dalam posting X pada hari Minggu (25/8/2024). “Maafkan aku atas masa laluku. Mari kita lanjutkan hidup,” imbuhnya.