Investigasi Awal, Pesawat Azerbaijan Airlines Jatuh Ditembak Rudal Darat-Udara Rusia


Sumber pemerintah Azerbaijan mengonfirmasi Kamis (26/12/2024), bahwa rudal permukaan ke udara Rusia menjadi penyebab jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines di Aktau Rabu (25/12/2024). Sebanyak 38 penumpang tewas setelah Penerbangan 8432 Azerbaijan Airlines itu jatuh saat mencoba melakukan pendaratan darurat.

Kepada Euronews, sumber pemerintah tersebut mengatakan bahwa pesawat yang rusak itu tidak diizinkan mendarat di bandara Rusia mana pun meskipun pilot meminta pendaratan darurat. Malahan pilot diperintahkan terbang melintasi Laut Kaspia menuju Aktau di Kazakhstan.

Masih menurut sumber tersebut, rudal ditembakkan ke Penerbangan 8432 selama aktivitas udara pesawat tak berawak di atas Grozny. Pecahannya sempat mengenai penumpang dan awak kabin saat meledak di samping pesawat di tengah penerbangan.

AnewZ, media internasional yang berkantor pusat di Baku, memberitakan rudal yang ditembakkan dari sistem pertahanan udara Pantsir-S. Menurut sumber-sumber Rusia, pada saat penerbangan Azerbaijan Airlines melewati wilayah Chechnya, pasukan pertahanan udara Rusia sedang secara aktif berusaha menembak jatuh pesawat tanpa awak (UAV) Ukraina. Menurut data, sistem navigasi GPS pesawat itu macet di sepanjang jalur penerbangan di atas laut. 

Kepala Dewan Keamanan Republik Chechnya, Khamzat Kadyrov, mengonfirmasi bahwa serangan pesawat tak berawak terhadap Grozny terjadi pada Rabu (25/12/2024) pagi, dan mencatat tidak ada korban jiwa atau kerusakan. 

Jika data awal ini dikonfirmasi, ini akan menjadi kedua kalinya dalam satu dekade pasukan Rusia menghancurkan pesawat komersial setelah jatuhnya MH17 di Ukraina. Kali ini, warga negara Rusia sendiri, serta warga negara tetangga, termasuk di antara korbannya.

Kecelakaan itu juga mengingatkan pada insiden sebelumnya pada November 2018, ketika pesawat Air Astana Embraer 190 kehilangan hidrolikanya di atas Portugal tetapi, berkat bantuan Angkatan Udara Portugal, berhasil mendarat dengan selamat.

Rusia, Azerbaijan, dan Kazakhstan meminta penyelidikan atas kecelakaan itu. Kremlin, kemarin belum mengajukan hipotesis apa pun atas kecelakaan itu. “Akan salah membuat hipotesis apa pun sebelum menyimpulkan,” kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin.

Pakar militer Rusia Yury Podolyaka mengatakan lubang yang terlihat saat pemeliharaan pesawat sangat mirip dengan kerusakan akibat sistem rudal antipesawat. “Semua mengarah ke sana,” katanya.

Investigasi lebih lanjut atas kecelakaan itu diharapkan dapat mengungkap keadaan seputar penembakan rudal, tidak adanya izin pendaratan di bandara terdekat di Rusia, dan instruksi untuk menyeberangi laut dengan pesawat yang rusak.