Israel Sebarkan Selebaran Ancam Warga Gaza dengan Perintah Pergi atau Mati


Israel telah memicu kemarahan global setelah membagikan selebaran di Jalur Gaza yang terkepung. Selebaran itu berisikan peringatan kepada warga Palestina untuk bekerja sama dengan pasukan Israel atau menghadapi pemindahan paksa bahkan pembasmian.

Pesan tersebut, yang ditulis dalam bahasa Arab, memuat ancaman yang nyata, termasuk pernyataan yang mengerikan: “Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza tidak ada lagi.”

Tindakan tersebut, yang dikutuk sebagai taktik perang psikologis, telah meningkatkan kekhawatiran atas kampanye militer Israel di Gaza, dengan banyak yang melihat selebaran tersebut sebagai pengakuan terbuka terhadap pembersihan etnis.

Ancaman tersebut juga merujuk pada apa yang disebut rencana Trump. Ini sejalan dengan pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang menyarankan pengusiran massal penduduk Gaza ke negara-negara tetangga.

Poster tersebut menampilkan gambar Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menghadapi tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan serta dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Pesan tersebut menyatakan bahwa Palestina ditinggalkan oleh dunia, termasuk sekutu Arab mereka, yang konon memberikan Israel uang dan senjata sementara bagi warga Palestina hanya mengirimkan kain kafan.

“Kepada warga Gaza yang terhormat, setelah peristiwa yang telah terjadi, gencatan senjata sementara, dan sebelum pelaksanaan rencana wajib Trump—yang akan memaksa Anda mengungsi, baik Anda menerimanya atau tidak—kami telah memutuskan untuk menyampaikan satu permohonan terakhir kepada mereka yang ingin menerima bantuan sebagai imbalan atas kerja sama dengan kami,” bunyi selebaran tersebut.

“Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza tidak ada lagi. Tidak seorang pun akan merasa kasihan kepada Anda, dan tidak seorang pun akan bertanya tentang Anda. Anda telah ditinggalkan sendirian untuk menghadapi nasib Anda yang tak terelakkan. Iran bahkan tidak dapat melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi Anda, dan Anda telah melihat dengan mata kepala sendiri apa yang telah terjadi.”

“Baik Amerika maupun Eropa tidak peduli dengan Gaza dengan cara apa pun. Bahkan negara-negara Arab Anda, yang sekarang menjadi sekutu kami, memberi kami uang dan senjata sementara hanya mengirimkan kain kafan kepada Anda. Waktu yang tersisa tinggal sedikit—permainan hampir berakhir. Siapa pun yang ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami di sini, bertahan sampai akhir zaman.”

Mengingatkan Nakba 1948

Referensi terhadap apa yang disebut ‘ rencana Trump ‘ ini selaras dengan pernyataan baru-baru ini yang dibuat presiden AS, saat ia mengusulkan pengusiran penduduk Gaza ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

Gagasan pemukiman kembali paksa ini disambut dengan kemarahan internasional yang meluas, karena merupakan pelanggaran hukum internasional dan mengingatkan pada pengusiran massal bersejarah terhadap warga Palestina selama Nakba pada 1948.

Israel telah berulang kali menjatuhkan selebaran di Gaza setelah memutus kabel telekomunikasi di daerah kantong itu. Dalam beberapa bulan terakhir, pesan-pesan ini menjadi semakin agresif. Selebaran-selebaran sebelumnya menggambarkan keluarga-keluarga Palestina duduk di atas reruntuhan sambil mengejek konsep “kemenangan perlawanan”.

Namun, pesan-pesan terkini telah mengundang kemarahan karena ancaman langsungnya berupa genosida dan pemindahan paksa. “Selebaran yang dijatuhkan di Gaza merupakan bentuk nyata perang psikologis, yang bertujuan untuk menimbulkan ketakutan, keputusasaan, dan ketundukan di kalangan warga Palestina,” komentar jurnalis Hala Jaber di platform media sosial X.

Dia berpendapat bahwa selebaran tersebut menandakan niat yang jelas untuk melanggar Konvensi Jenewa Keempat, yang melarang hukuman kolektif, pemindahan paksa, dan perang psikologis terhadap warga sipil.

Hal itu terjadi saat para pejabat AS berkumpul di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC), di mana Wakil Presiden JD Vance menegaskan Washington harus mengambil alih Gaza dan merelokasi penduduknya.