Terbunuhnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, melalui sebuah skema serangan udara di Beirut, Lebanon, dinilai sebagai sebuah pencapain luar biasa dari intelijen Israel.
Kematian Nasrallah menambah panjang daftar tokoh berpengaruh di kawasan Timur Tengah yang berhasil ‘dihabisi’ Israel sejak agresi brutal mereka berlangsung ke Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober 2023.
Khusus untuk Nasrallah, Israel menempatkannya sebagai buronan paling dicari setelah mendiang pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, yang juga berhasil ‘dieksekusi’ lewat serangan ke Teheran, Iran beberapa waktu lalu.
Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan pihaknya sudah mengumpulkan informasi intelijen terkait Nasrallah selama bertahun-tahun.
“Kami telah menggunakan data intelijen yang telah kami kumpulkan selama bertahun-tahun, dan kami memiliki informasi real-time, lalu kami melakukan serangan ini,” kata Shoshani seperti dikutip AFP, Selasa (1/10/2024).
Informasi intelijen pun semakin ketat dipantau Israel terutama sejak mereka melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon dalam dua pekan terakhir.
Pejabat Israel lainnya juga mengatakan dari informasi intelijen itu, mereka mendapati bahwa Nasrallah dan sejumlah pemimpin Hizbullah lainnya sedang berkumpul di markas kelompok tersebut di pinggiran selatan ibu kota Beirut.
Sementara itu, The Wall Street Journal melaporkan Israel menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan ‘serangkaian ledakan di bunker di bawah gedung-gedung’ tempat Nasrallah berada.
Namun, keputusan Israel melancarkan serangan tersebut pada Jumat pekan lalu juga merupakan sebuah kebetulan.
Sebab, menurut The Wall Street Journal, Israel baru memutuskan waktu serangan beberapa jam sebelumnya, setelah mendapat informasi bahwa Nasrallah dan sejumlah pejabat Hizbullah lain akan bertemu di markas mereka di Beirut pada hari itu.
Setelah mendapat informasi intelijen itu, pihak militer pun meminta persetujuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang saat itu berada di New York, AS, untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB. Tak lama kemudian, Netanyahu pun memberikan ‘lampu hijau’ dan serangan pun diluncurkan.
Militer Israel langsung mengerahkan sejumlah pesawat tempur dan melakukan serangan intensif ke wilayah sasaran di selatan Beirut.
Sebuah video militer menunjukkan jet tempur F15 lepas landas dari Pangkalan Udara Hatzerim pada Jumat sore untuk melaksanakan operasi tersebut.
Beberapa saat sebelum pukul 18.30 waktu setempat (15:30 GMT), suara ledakan dahsyat terdengar di seluruh ibu kota Lebanon.
Israel tidak menyebutkan secara spesifik senjata yang digunakan dalam serangan tersebut. Namun, The New York Times melaporkan analisis video militer menunjukkan bahwa jet-jet tempur yang digunakan ‘dilengkapi dengan setidaknya 15 bom masing-masing seberat 907 kilogram’.
Pejabat senior Israel mengatakan kepada surat kabar AS itu bahwa ‘lebih dari 80 bom dijatuhkan selama beberapa menit untuk membunuh’ Nasrallah. Sementara, The Wall Street Journal mengatakan Israel menghantam bunker itu dengan ’80 ton bom’.
Menurut laporan reporter AFP di lapangan, serangan udara tersebut menghasilkan ‘kawah’ hingga selebar lima meter.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan, tak hanya Nasrallah dan sejumlah petinggi Hizbullah, serangan Israel itu turut menewaskan sejumlah warga sipil dan melukai 91 orang lainnya.