Ototekno

Jalan Berkelok Elon Musk Akuisisi Twitter

Proses akuisisi Twitter Inc dengan dana mencapai US$44 miliar atau sekitar Rp683 triliun oleh Elon Musk telah rampung. Jalan akuisisi ini harus melalui jalan berkelok dan terjal bahkan seperti sebuah drama selama berbulan-bulan.

Memang jalan menuju akuisisi Twitter yang dilakukan Elon Musk tidak mudah. Berita tentang akuisisi perusahaan ini dalam beberapa bulan terakhir seperti sebuah drama. Drama ini diperkirakan akan berkelanjutan di masa mendatang, seperti karakter sang pemilik barunya yang tidak pernah lepas dari kontroversi.

Akuisisi menempatkan orang terkaya di dunia ini bertanggung jawab atas salah satu platform media sosial paling berpengaruh di dunia. Akuisisi ini berpotensi mengubah tidak hanya Twitter itu sendiri tetapi juga politik, media, dan industri teknologi.

Sang CEO Tesla dan SpaceX itu telah berulang kali menekankan bahwa tujuan pengambilalihan saham Twitter adalah untuk mendukung apa yang dia sebut ‘kebebasan berbicara’ di platform ini.

Elon Musk membeli saham pertamanya di Twitter dengan harga rata-rata US$36,83 per saham. Pada 4 April, dia mengajukan pengarsipan 13G yang menunjukkan bahwa ia memiliki 73,5 juta saham. Hari berikutnya, bos Tesla itu mengajukan 13D untuk menyesuaikan jumlah saham menjadi 73,1 miliar.

Namun, pada 9 April, Elon Musk menolak kursi di dewan direksi Twitter. Beberapa hari kemudian, pada 13 April, Elon mengirim proposal untuk mengakuisisi semua sisa saham Twitter dengan harga US$54,20 per saham, sebuah premi 54 persen dari harga penutupan pada perdagangan hari sebelumnya.

Kemudian jalan akuisisi berlanjut, 21 April, Elon Musk mengatur pembiayaan untuk kesepakatan itu. Twitter menerima tawaran dia untuk mengakuisisi perusahaan seharga US$44 miliar, pada 25 April 2022.

Antara 26-28 April, ia menjual saham Tesla senilai US$8,4 miliar, dengan US$333 sebagai harga tertinggi yang dia jual. Pada 4 Mei, Elon Musk mengumumkan bahwa dia menerima surat komitmen ekuitas senilai US$7,14 miliar.

Pada 8 Juli, Elon Musk mengatakan dia mengabaikan tawarannya untuk mengakuisisi Twitter karena mereka tidak akan memberikan informasi yang cukup tentang bot atau akun palsu. Kemudian pada 12 Juli, Twitter menggugat Elon Musk untuk memaksanya menyelesaikan kesepakatan. Antara 5-9 Agustus, Elon Musk pun menjual lagi sekitar US$6,9 miliar saham Tesla.

Selanjutnya, pada 5 Oktober, Elon Musk menawarkan melalui proposal aslinya untuk mengakuisisi perusahaan, lalu 20 Oktober dilaporkan ia berencana memecat sekitar 75 persen tenaga kerja Twitter.

Pada 26 Oktober, kemudian sang pemilik baru ini masuk ke markas Twitter dengan sebuah wastafel, hingga 27 Oktober ia pun mengambil alih sebagai CEO dan memecat Parag, serta CFO Ned Segal.

Akuisisi sebenarnya nyaris batal setelah Elon Musk mengumumkan untuk mengakhiri kesepakatannya pada Juli lalu dan mengklaim bahwa Twitter ‘melanggar beberapa ketentuan’ dari perjanjian. Twitter pun langsung mengajukan gugatan di Delaware, tempat perusahaan didirikan, menuntut agar Elon Musk menutup kesepakatan dengan persyaratan yang disepakati.

Sang miliarder langsung membalas Twitter, menuduh perusahaan itu sengaja salah menghitung jumlah akun spam di platformnya sebagai bagian dari ‘skema’ untuk menyesatkan investor. Elon Musk menambahkan tuduhan dari pelapor Twitter, Peiter ‘Mudge’ Zatko, ke dalam gugatannya. Zatko, mantan kepala keamanan di Twitter, menuduh perusahaan itu melakukan serangkaian kegagalan dalam pengaturan keamanan informasinya.

Kisruh dan drama ini pun berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Twitter. Ketidakpastian dalam pengambilalihan saham dan kondisi periklanan yang lemah menjadi sentimen buruk bagi perusahaan. Twitter mengumumkan penurunan pendapatan dalam hasil kuartalannya – turun 1 persen menjadi US$1,2 miliar dalam tiga bulan dari April hingga 30 Juni.

Twitter jadi lebih bebas berbicara?

Akuisisi saham Twittter oleh Musk juga menimbulkan harapan baru bagi kebebasan berbicara. Selama ini Twitter menganut kebijakan yang ketat tentang konten yang berbau provokatif, menghasut dan mengandung unsur kekerasan. Banyak pemilik akun yang terpaksa diblokir karena kebijakan ini termasuk pemimpin dunia seperti Donald Trump.

Hanya beberapa jam setelah Elon Musk memulai era baru di Twitter Inc, sang pemilik baru itu dibanjiri permohonan dan tuntutan dari pemegang akun yang telah dilarang atau diblokir. Membanjirnya permintaan ini menjadi tantangan baru yang dihadapi bos pembuat mobil listrik Tesla Inc ini.

Hal itu mengingat ia harus menyeimbangkan janji memulihkan kebebasan berbicara sambil mencegah penurunan jumlah pengguna platform itu seperti yang ia janjikan kepada para pengiklannya. Elon Musk akan menghadapi tantangan meningkatkan pendapatan mengingat keinginan untuk memberikan lebih banyak kebebasan seringkali tidak menyenangkan bagi para pengiklan.

Elon Musk yang menyebut dirinya sebagai pembawa ‘kebebasan berbicara absolut’ itu mengatakan pada bulan Mei bahwa dia akan membatalkan larangan Twitter terhadap mantan Presiden AS Donald Trump, yang telah dihapus dari situs mikrobloging karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut setelah penyerbuan Gedung Kongres AS.

Pernyataan untuk mengembalikan Trump di platform media sosial ini telah dilihat sebagai ujian tentang seberapa jauh Musk akan melakukan perubahan, meskipun Trump sendiri mengatakan dia tidak berniat untuk kembali.

Mantan Presiden AS Donald Trump secara permanen telah dilarang Twitter karena tuduhan menghasut kekerasan setelah kerusuhan di Ibu Kota AS pada 6 Januari 2021. Ia menyambut baik pengambilalihan itu, tetapi tidak banyak berkomentar tentang kemungkinan kembali dibuka akun miliknya di Twitter.

“Saya sangat senang bahwa Twitter sekarang berada di tangan yang waras, dan tidak akan lagi dijalankan oleh Radikal Kiri Orang Gila dan Maniak yang benar-benar membenci negara kita,” kata Trump, mengutip Reuters.

Permintaan lain muncul dari Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia dan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia saat ini, dalam tweet-nya. “Semoga sukses @elonmusk dalam mengatasi bias politik dan kediktatoran ideologis di Twitter. Dan keluar dari Starlink dalam bisnis Ukraina.”

Pemimpin redaksi RT, penyiar yang dikendalikan negara Rusia, Margarita Simonyan, meminta Elon Musk untuk “membatalkan pemblokiran akun RT dan Sputnik dan menghapus larangan bayangan milik saya juga?”.

“Hei @elonmusk, sekarang Anda memiliki Twitter, maukah Anda membantu melawan RUU sensor online C-11 dari Trudeau?” cuit Canada Proud, sebuah organisasi yang bekerja untuk memilih Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Belum ada kabar pasti apakah permohonan pembukaan akun yang sudah diblokir ini akan dikabulkan.

Yang kemudian menjadi pertanyaan tentang kebebasan berbicara ini, bisakah Twitter, yang dimiliki oleh Elon Musk, sepenuhnya terdesentralisasi dan tidak memihak? Akankah Twitter memungkinkan pengguna untuk bebas mengekspresikan pandangan yang bertentangan langsung dengan milik Elon Musk? Kita harus melihat.

Proses pengambilalihan saham Twitter selama ini memang tidak dilakukan secara bersahabat. Namun, dipastikan bahwa platform tersebut akan mengalami banyak perubahan. Apalagi selama ini Musk telah terbukti menjadi pengusaha yang memiliki banyak terobosan dengan memimpin bisnis teknologi bersama Tesla dan SpaceX.

Ia akan memastikan bahwa Twitter memasukkan tombol edit yang memungkinkan pengguna untuk mengedit tweet mereka. Yang juga penting adalah berperang melawan bot spam, atau akun Twitter otomatis yang dikendalikan perangkat lunak bot dan diprogram untuk mereplikasi tugas pengguna yang asli.

Elon Musk juga bercita-cita menjadikan Twitter sebagai platform periklanan paling dihormati di dunia yang memperkuat brand dan mengembangkan perusahaan klien pemasang iklannya.

Tetapi hingga saat ini belum ada informasi detil tentang rencana Elon Musk dengan perusahaan Twitter miliknya. Baik itu mengubah kebijakan tentang akun yang sudah diblokir, maupun strategi untuk meningkatkan sumber pendapatan iklan. Artinya belum ada kepastian nasib Twitter ini.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button