Jamaah Islamiyah Menyatakan Bubar, Kembali ke Pangkuan NKRI


Jamaah Islamiyah (JI), kelompok terkait dengan Al-Qaeda yang dituduh mendalangi beberapa serangan paling mematikan di Indonesia mengumumkan membubarkan organisasinya. Al Qaeda dituduh berada di balik pengeboman klub malam Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Anggota senior Jemaah Islamiyah yang merupakan kelompok bersenjata Asia Tenggara itu mengumumkan bahwa mereka bubar. Sebuah laporan dari Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) pada Kamis (04/7/2024) mengonfirmasi keaslian pernyataan video tanggal 30 Juni oleh 16 pemimpin Jemaah Islamiyah yang mengumumkan pembubarannya.

Pernyataan pembubaran JI termuat dalam sebuah video berdurasi 3 menit 10 detik, yang dibacakan pada 30 Juni 2024 di Bogor, Jawa Barat. Dalam video yang beredar tampak satu orang membacakan pernyataan bersama 15 orang lain yang berdiri di belakangnya. Sosok yang membacakan pernyataan disebut bernama Abu Rusdan.

Abu Rusdan merupakan petinggi JI yang ditangkap di Bekasi pada September 2021. Juga tampak Para Wijayanto, yang ditangkap pada 2019 karena merekrut militan serta mengumpulkan dana untuk ke Suriah. Keduanya masih dalam masa tahanan.

Abu Rusdan mengatakan bahwa pembubaran JI disepakati oleh majelis para senior dan para pemimpin pondok pesantren yang berafiliasi dengan JI. Mereka sepakat untuk kembali ke pangkuan negara Republik Indonesia, dan akan mengubah kurikulum seluruh pesantren yang berafiliasi dengan JI agar tidak ada lagi materi-materi yang mengajarkan ekstremisme.

“Kami juga siap terlibat aktif dalam mengisi kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bermartabat … kami siap mematuhi peraturan hukum yang berlaku,” lanjut Abu Rusdan.

Mungkinkah Sel-selnya Tetap Hidup?

Pengamat terorisme Sidney Jones mengungkapkan belum bisa memprediksikan konsekuensi dari pernyataan pembuaran JI ini. “Masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensinya, tetapi orang-orang yang menandatangani pernyataan tersebut memiliki cukup rasa hormat dan kredibilitas dalam organisasi untuk memastikan penerimaan yang luas,” kata Sidney Jones, yang menulis analisis awal IPAC, mengutip Reuters.

Kelompok yang terkait dengan al-Qaeda ini dituduh mendalangi beberapa serangan paling mematikan di Indonesia, termasuk pengeboman klub malam Bali tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menolak berkomentar tetapi mengatakan pihaknya berencana untuk segera mengadakan konferensi pers.

Keputusan untuk membubarkan organisasi tersebut, kata Jones, kemungkinan didorong oleh beberapa faktor, termasuk pengaruh kaum intelektual di dalam Jemaah Islamiyah yang kurang tertarik pada kekerasan, dan analisis biaya-manfaat tentang cara terbaik untuk melindungi aset terbesar kelompok tersebut yakni sekolahnya. Keterlibatan intensif dengan pejabat antiterorisme juga memainkan peran, kata laporan itu.

Meskipun tokoh-tokoh yang terlibat berpengaruh, IPAC mencatat kelompok itu memiliki sejarah perpecahan dan ada kemungkinan satu perpecahan dapat muncul di masa mendatang, meskipun mungkin tidak dalam waktu dekat.

“Untuk saat ini, kemungkinan hasilnya adalah berkembangnya sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan JI dan meningkatnya keterlibatan para tokoh yang menandatangani pernyataan 30 Juni dalam kehidupan publik,” kata IPAC. “Apa yang terjadi dengan anggota lainnya masih harus dilihat.”