News

Jangan Anggap Enteng Kemampuan Nuklir Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi parsial sambil mengancam akan menggunakan ‘semua senjata yang tersedia’ dalam perangnya dengan Ukraina yang didukung Barat. Ancaman penggunaan senjata nuklir menjadi kekhawatiran. Dunia sebaiknya tidak menganggap enteng kekuatan senjata nuklir Rusia ini.

Dalam pidatonya, Putin menuduh negara-negara Barat mempersenjatai militer Ukraina dan mendorong Kiev untuk menyerang Rusia. “Jika terjadi ancaman terhadap integritas teritorial negara kami dan untuk membela Rusia dan rakyat kami, kami pasti akan menggunakan semua sistem senjata yang tersedia untuk kami,” katanya.

“Ini bukan gertakan. Dan mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa baling-baling cuaca dapat berputar dan menunjuk ke arah mereka,” tandas Putin.

Nuklir Dunia vs Rusia

Senjata nuklir telah ada selama hampir 80 tahun dan banyak negara melihatnya sebagai pencegah untuk menjamin keamanan nasional mereka. Mengutip BBC, saat ini terdapat sembilan negara memiliki senjata nuklir yakni China, Prancis, India, Israel, Korea Utara, Pakistan, Rusia, AS, dan Inggris.

China, Prancis, Rusia, AS, dan Inggris termasuk di antara 191 negara yang menandatangani Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). Berdasarkan perjanjian tersebut, mereka harus mengurangi persediaan hulu ledak nuklir mereka dan, secara teori, berkomitmen untuk menghilangkannya sepenuhnya. Perjanjian NPT itu telah mengurangi jumlah hulu ledak yang disimpan di negara-negara itu sejak tahun 1970 dan 1980-an.

India, Israel, dan Pakistan tidak pernah bergabung dengan NPT. Sementara Korea Utara keluar dari traktat itu pada 2003. Israel adalah satu-satunya negara dari sembilan negara yang tidak pernah secara resmi mengakui program nuklirnya – tetapi secara luas diyakini memiliki hulu ledak nuklir. Sementara Ukraina tidak memiliki senjata nuklir dan, meskipun ada tuduhan dari Presiden Putin, tidak ada bukti bahwa Ukraina berusaha untuk mendapatkannya.

Berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Rusia? Semua angka untuk senjata nuklir adalah perkiraan tetapi, menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir, perangkat yang memicu ledakan nuklir, meskipun ini termasuk sekitar 1.500 yang sudah pensiun dan akan dibongkar.

Dari 4.500 sisanya, sebagian besar dianggap sebagai senjata nuklir strategis –rudal balistik, atau roket, yang dapat ditargetkan dari jarak jauh. Ini adalah senjata yang biasanya dikaitkan dengan perang nuklir. Sisanya lebih kecil, senjata nuklir kurang merusak untuk penggunaan jarak pendek di medan perang atau di laut.

Rusia memiliki ribuan senjata nuklir jarak jauh yang siap digunakan. Para ahli memperkirakan sekitar 1.500 hulu ledak Rusia saat ini ‘dikerahkan’, yang berarti ditempatkan di pangkalan rudal dan pembom atau di kapal selam di laut.

Bandingkan dengan negara lain. Anggota NATO memiliki 5.943 hulu ledak, terdiri dari AS 5.428, Prancis 290, dan Inggris 225. Masih lebih sedikit ketimbang Rusia dengan 5.977 hulu ledak. Sementara China punya 350 hulu ledak, Pakistan 165, India 160, Israel 90 dan Korea Utara 20.

Afrika Selatan adalah satu-satunya negara yang secara sukarela melepaskan senjata nuklir. Pada tahun 1989, pemerintah saat itu menghentikan program senjata nuklirnya dan pada tahun 1990 mulai membongkar enam senjata nuklirnya. Dua tahun kemudian, Afrika Selatan bergabung dengan Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) sebagai negara non-nuklir.

Nuklir Rusia

Daya Rusak Senjata Nuklir

Meskipun ada banyak uji coba nuklir dan peningkatan konstan dalam kompleksitas teknis dan kekuatan destruktifnya, senjata nuklir belum digunakan dalam konfrontasi bersenjata sejak 1945. Namun, memang senjata nuklir dirancang untuk menyebabkan kehancuran maksimum.

Tingkat kerusakan tergantung pada berbagai faktor, termasuk ukuran hulu ledak, seberapa tinggi di atas tanah itu meledak, serta kondisi lingkungan setempat. Namun yang harus diingat, hulu ledak terkecil dapat menyebabkan banyak korban jiwa dan konsekuensi yang bertahan lama.

Berkaca pada bom yang menewaskan hingga 146.000 orang di Hiroshima, Jepang, selama Perang Dunia II, memiliki kekuatan 15 kiloton. Sementara hulu ledak nuklir saat ini bisa lebih dari 1.000 kiloton. Bayangkan kekuatan bom nuklir ini.

Sedikit yang bisa diharapkan untuk bertahan hidup di zona dampak langsung dari ledakan nuklir. Setelah kilatan yang menyilaukan, ada bola api besar dan gelombang ledakan yang dapat menghancurkan bangunan dan struktur selama beberapa kilometer.

Mengutip Sky News, rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dimiliki Rusia memiliki kemampuan untuk menjangkau dan menghancurkan kota-kota besar dunia seperti London atau Washington. ICBM bisa mencapai kecepatan tertinggi sekitar 10 menit setelah peluncuran yang dapat membuat satu tembakan dari Rusia mencapai Inggris hanya dalam 20 menit.

Sejak Maret lalu, Putin meningkatkan kewaspadaan di seluruh dunia setelah menempatkan pasukan pencegah nuklirnya dalam siaga tinggi. Hulu ledak di bagian depannya memiliki hasil antara 300 dan 800 kiloton (setara TNT). “Tiga ratus kiloton cukup untuk menghancurkan Washington atau London atau Paris,” ungkap analis pertahanan Jenderal Sir Richard Barrons.

Mungkinkah Rusia Menggunakan Nuklir?

Bayangan senjata nuklir telah telah muncul sejak konflik Rusia dan Ukraina dimulai. Kekuatan dahsyat dari senjata-senjata ini membuat lawan-lawannya gentar dan memikirkan kembali seberapa jauh langkah negara-negara sekutu ikut campur dalam urusan Rusia-Ukraina.

Sementara dari sisi domestik dapat menimbulkan keyakinan pada rakyatnya bahwa meskipun dalam keadaan gelap, negara ini tetap mampu mempertahankan diri. Doktrin militer Rusia mengatakan senjata nuklir hanya akan digunakan jika negara Rusia sendiri terancam dan ketika integritas teritorialnya terancam.

Karena itu, kemungkinan penggunaannya tidak dapat diabaikan, terutama jika Putin merasa keamanan negara terancam. Hanya saja, banyak analis melihat penggunaan senjata nuklir masih jauh bahkan sangat kecil kemungkinan.

Sikap Indonesia

Sementara itu Indonesia berharap tidak ada penggunaan senjata nuklir dalam perang Rusia-Ukraina. Hal itu disampaikan pemerintah usai pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengancam akan menggunakan senjata nuklir jika Barat terus ikut campur dalam konflik tersebut.

“Saya rasa Indonesia dan negara-negara dunia pada umumnya berharap konflik bisa mencapai satu solusi dan dijauhkan dari penggunaan senjata nuklir,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah dalam konferensi pers secara daring, Kamis (22/9/2022).

Menurut Faizasyah, dunia harus belajar dari pengalaman tentang betapa destruktifnya dampak penggunaan senjata nuklir dalam Perang Dunia II. “Kita tidak ingin terjadi kehancuran serupa seperti yang pernah dialami oleh masyarakat dunia di masa lalu,” ujarnya.

Terakhir, menarik mengungkapkan tulisan jurnalis Rusia Stanislav Kucher yang mengutip sebuah cerita terkenal dari masa kecil Putin di mana ia memojokkan tikus dengan tongkat di tangga gedung apartemennya, hanya agar hewan itu menyerang dan mulai mengejarnya. Pelajarannya adalah Anda tidak boleh meremehkan lawan yang tidak punya pilihan selain melawan balik.

Nuklir Rusia

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button