News

Jelang KTT G20, Intelijen Asing Termasuk KGB Sudah Masuk ke Bali

Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 atau pertemuan ke-17 G20 di Bali pada bulan Oktober-November 2022 mendatang.

Jelang agenda tersebut kabarnya sejumlah mata-mata atau intelijen seluruh negara termasuk Rusia (KGB) akan berkumpul di Bali sebelum hingga setelah pertemuan G20 tersebut.

Anggota Komisi I DPR Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan mengatakan berkumpulnya intelijen dari seluruh negara adalah hal yang biasa terjadi. Sebab pertemuan KTT G20 ini sangat penting dan melibatkan banyak negara-negara besar.

“Ya Banyak. Enggak cuma KGB saja, ada CIA, KGP, MI5 datang semua,” ujar Farhan di Bandung, Kamis (31/3/2022).

Menurutnya, kegiatan mata-mata atau intelijen menjelang pertemuan antar negara adalah hal yang biasa terjadi. Sebab seluruh negara menginginkan perwakilannya yang hadir dalam acara itu aman.

“Artinya apa sih kegiatan mata-mata itu mengumpulkan rahasia negara tapi kalau mengumpulkan informasi terbuka, masa dilarang?,” katanya.

Farhan mengingatkan meski kegiatan intelijen diperbolehkan jelang pertemuan penting banyak negara, namun Indonesia juga tetap waspada dan menyiapkan intelijennya. Hal ini untuk memastikan jika intelijen asing tersebut mengumpulkan informasi lainnya, khususnya rahasia negara.

“Jadi ditengarai adanya intel-intel asing itu wajar yang paling penting kita bisa counter intelijen dan memastikan rahasia negara tidak sampai bocor itulah risikonya jadi negara terbuka dan langit terbuka,” jelasnya.

Meski begitu, sebagai Anggota Komisi I, Farhan tidak mengetahui bagaimana cara Badan Intelijen Negara (BIN) mengantisipasi kemungkinan terburuk itu. Sebab intelijen Indonesia pasti sudah mempersiapkan diri agar para intelijen asing tak mencuri informasi negara.

“Itu kerjaannya BIN tanya pak BG (Budi Gunawan. Ini BIN yang paling penting karena BAIS itu sekarang lebih kepada asesment daripada alutsista BAIS itu berat banget kerjaannya sekarang dia sangat spesifik,” katanya.

BAIS kata Farhan, bertugas untuk memastikan teknologi alutsista Indonesia tidak dimanfaatkan oleh negara lainnya. Sehingga fungsi intelijen berada di tangan BIN.

“Dia harus memastikan bahwa alutsista yang kita ambil dari negara itu tidak kemudian dimanfaatkan negara lain untuk intervensi ke Indonesia karena sekarang semua senjata bukan manual tidak AK47,” katanya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button